Kami Bersyukur, Karena Caritas Turun Tangan Langsung!

 

 

Setelah menempuh perjalanan darat lebih dari 45 kilometer dalam waktu sekitar 2 jam, Direktur Eksekutif Caritas Indonesia, Rm. Fredy Rante Taruk didampingi Direktur Caritas PSE Keuskupan Manado, Rm. Bernardus I Wayan Sugiarta akhirnya tiba di Desa Ape Maliko, Kecamatan Sindue. Kabupaten Donggala.

Kunjungan Rm Fredy ke desa itu adalah untuk melihat secara langsung kemajuan pembangunan hunian tetap dan bertemu langsung dengan para penerima manfaat, yakni masyarakat Kaili Rai, yang sejak terjadi bencana gempa Palu tahun 2018 menetap secara berpindah-pindah di kawasan hutan sekitar Desa Ape Maliko.

 

Rm. Fredy (rompi merah) dan Rm. Wayan (rompi putih), mencermati tempat tinggal masyarakat Kaili Rai di Kampung Uwe Tuah, Desa Ape Maliko. (Foto: Caritas PSE Manado/Caritas Indonesia)

 

Anton Tangkuna, seorang penerima manfaat yang juga seorang Pendeta Gereja Pantekosta di Dusun III mengatakan, “kami bersyukur, Caritas turun tangan langsung memberikan hunian transisi kepada kami.

Total ada 240 jiwa atau 60 Kepala Keluarga penerima manfaat dari program kemanusiaan Caritas di Desa Ape Maliko, Kecamatan Sindue ini.

 

Rm. Fredy dan Rm. Wayan bersama pemuka masyarakat setempat, Bp. Todi dan Pendeta Anton (Foto: Caritas PSE Manado/Caritas Indonesia)

 

Selain Frans Esensiator (Konsultan Program), staf Proyek EA-06/2021 yang turut serta dalam kunjungan pada 27 Agustus 2021, adalah Ozagma Lorenzo (Koordinator Program), Siswanto (Koordinator Shelter), Marianus M. Lei (MEAL & Community Officer), Laurensia Alce (Staf Umum), Saldyanto Suba (Shelter Distribution Officer), Agus Salim (Stockiest) dan Laura Emilyani (Shelter Inspector).

 

Rm. Fredy didampingi Rm. Wayan dan Ozagma Lorenzo, berdialog dengan Bp. Lustin, seorang penerima manfaat. (Foto: Caritas PSE Manado/Caritas Indonesia)

 

Rm. Wayan menyatakan bahwa penentuan penerima manfaat sudah melewati tahapan-tahapan kajian yang mendalam. Sebanyak 20 KK masyarakat Kaili Rai layak menerima bantuan karena belum menerima bantuan tempat hunian sejak terjadinya gempa tahun 2018.

 

Uwe Tuah, yang dalam bahasa setempat berarti ‘air berkat’ menjadi tempat relokasi bagi masyarakat Kaili Rai. (Foto: Caritas PSE Manado/Caritas Indonesia)

 

Dalam Laudato Si’, Paus Fransiskus menyatakan bagaimana Gereja dapat dan harus peduli pada mereka yang hidup terpinggirkan dan melihat di dalam mereka ada martabat dan nilai yang sama seperti yang kita lihat ada pada mereka yang cukup beruntung dan tidak terpinggirkan.

Kekurangan tempat tinggal adalah masalah serius di banyak belahan dunia, baik di daerah pedesaan maupun di kota-kota besar, karena anggaran negara sering hanya mencukupi sebagian kecil permintaan. Bukan hanya orang miskin, tetapi sebagian besar masyarakat mengalami kesulitan serius untuk memiliki rumah sendiri. Kepemilikan rumah sangat erat kaitannya dengan martabat manusia dan pengembangan keluarga. Ini merupakan masalah sentral ekologi manusia.” (LS. 152)

 

No Comments

Post A Comment