Menjaga Akuntabilitas demi Keberlanjutan

Tim Solidaritas Kemanusiaan Keuskupan Malang (TSK­KM) mengadakan evaluasi internal pada 18-20 Juli 2022, menyusul berakhirnya Program Pemenu­han Kebutuhan Lanjutan pada warga terdampak Awan Panas Guguran Gunung Semeru. Evaluasi ini diikuti oleh semua anggota tim program, termasuk Br. Marco Pantja, O.Carm sebagai Manajer Program dan Rm. Agustinus Maryanto, O.Carm, selaku Direktur TSKKM.

Kegiatan ini difasilitasi oleh Caritas Indonesia dengan Standar Kemanusiaan Inti yang menjadi komitmen selama TSKKM melakukan pendampingan di Kecamatan Pronojiwo. Dalam evaluasi ini, dirangkum berbagai masukan dan catatan-catatan terkait capaian program yang sudah berjalan, baik dari sisi dampak, relevansi, efektifitas, efisiensi, partisipasi, sampai pada aspek keberlanjutan program.

Evaluasi ini berhasil mengidentifikasi kekuatan dan ru­musan perbaikan dari sudut pandang Caritas Indonesia, TSKKM serta mempertimbangkan masukan dari warga dampingan. Hal yang menarik adalah adanya tingkat partisipasi dari sisi penerima manfaat. Menurut “Alat analisis tingkat partisipasi” dari Sherry Arnstein, maka level partisipasi warga berada di tingkat cukup tinggi di level 6 (Partnership/Kemitraan).

Evaluasi internal di kantor TSKKM. (Foto: TSKKM/Caritas Indonesia)

“Pada tingkatan ini, kerjasama multipihak dalam merumuskan atau melaksanakkan ke­bijakan dan program telah dijalankan dengan baik oleh TSKKM. Pelibatan warga dampingan dalam proses kajian, penentuan kebutuhan, perencanaan, hingga pelaksanaan kegiatan se­lalu kita lakukan,” kata FX. Tri Wahyu Krisdianto, Koordinator Program TSKKM yang akrab disapa Franz.

“Hal itu merupakan sebuah capaian yang cu­kup signifikan bagi TSKKM yang baru pertama kali berproses dalam respon Semeru. Sangat membanggakan,” tambahnya.

“Penerima manfaat tidak saja sebagai pene-rima ide dan gagasan, mereka aktif memberi usul dan saran, yang menjadi dasar strategi dan teknis program,” kata Novan dari Tim Media TSKKM.

Bukti dari tingkat partisipasi ini dapat diidentifikasi dari keaktifan penerima man­faat dan anggota masyarakat dalam memberi masukan-masukan selama program. Dalam hal ini, penerima manfaat telah memiliki ide-ide dasar terkait dengan ketangguhan bencana yang telah berkembang di tingkat masyarakat dan berdasar nilai-nilai lokal.

Selain dilaksanakan di kantor TSKKM, Malang, evaluasi di­lakukan dengan men­datangi dan mende-ngarkan langsung dari penerima manfaat di Desa Supiturang. Banyak hal positif yang didapat dari apa yang disampaikan oleh penerima manfaat, mereka mengalami perubahan dari tidak tahu menjadi tahu me-ngenai kesiapsiagaan bencana. Hadir di kes­empatan itu Kades Oro-oro Ombo, Suwarno, perwakilan kelompok perempuan, pendampingan psikososial, dan Jayadi yang mewakili warga.

Suwarno (Kepala Desa Oro-oro Ombo) saat ditemui oleh Tim dari TSKKM dan Caritas Indonesia. (Foto: TSKKM/Caritas Indonesia)

Salah seorang penerima manfaat, Gunawan, mengatakan, “Saya bangga, bisa membagikan pengetahuan yang saya dapatkan kepada ma­syarakat lain di desanya. Dengan kapasitas yang saya miliki saat ini, setidaknya saya menjadi siap untuk menghadapi situasi kebencanaan yang mungkin saja terjadi.”

“Peningkatan kapasitas warga pun terli­hat dengan tidak paniknya mereka saat terjadi Awan Panas Guguran susulan yang cukup besar. Mereka sudah tahu apa yang harus dilakukan,” ujarnya dengan semangat. Suwarno, Kepala Desa Oro-oro Ombo, Kabu­paten Lumajang yang turut mendampingi proses evaluasi menyampaikan apresiasi atas apa yang sudah dilakukan oleh TSKKM bersama dengan Caritas Indonesia.

“Sudah banyak yang dilakukan oleh Caritas untuk keluarga-keluarga kami disini. Mewakili juga Kepala Desa Supiturang, saya mengucapkan banyak terima kasih,” kata Suwarno. Dari hasil evaluasi yang dilakukan, didapat­kan beberapa rekomendasi untuk TSKKM seb­agai berikut:

  1. Merumuskan visi dan misi TSKKM ber­dasarkan pembelajaran program tanggap daru­rat dan transisi APG Semeru.
  2. Staff dan relawan yang terlibat perlu peningkatan kapasitas sesuai dengan mandat TSKKM sesuai dengan bidang masing-masing sehingga bisa lebih siap dalam pengelolaan pro­gram berikutnya.
  3. Pelibatan paroki di seluruh Keuskupan Malang dalam kesiapsiagaan bencana untuk menjadi Paroki Tangguh Bencana.
Tim Reaksi Cepat Kecamatan Pronojiwo saat melakukan replikasi manajemen Posko Bencana pada Juni 2022. (Foto: TSKKM/Caritas Indonesia)

Dari sisi keberlanjutan, pihak Kecamatan Pronojiwo akan memperkuat struktur kesiap­siagaan bencana yang telah terbentuk sembari memaksimalkan sumber daya yang ada. Komit­men untuk melakukan simulasi Tim Reaksi Cepat tingkat kecamatan pun disampaikan.

Pemulihan ekonomi pun menjadi hal yang disoroti, dimana dukungan kepada kelompok-kelompok yang sudah dibentuk akan diberikan oleh pemerintah Kecamatan Pronojiwo.  Dukungan yang diberikan antara lain dengan mem­berikan akses untuk promosi dan pemasaran. Selain itu, dukungan psikososial untuk anak-anak pun akan tetap diberikan dalam wadah sanggar kesenian.

No Comments

Post A Comment