
12 Nov Tanjung Serunai: Berkembang dan Mendukung Ketahanan Desa
Desa Kualan Hulu, terletak di Kecamatan Simpang Hulu, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Dengan jarak tempuh sekitar 327 kilometer dari kota Ketapang, dalam kondisi normal atau tidak hujan, desa itu bisa dicapai melalui jalur darat dengan memakai kendaraan roda dua, kurang lebih 8 jam. “Melalui jalur sungai bisa 5 jam dengan memakai speedboat dari Kecamatan Simpang Sulu,” kata Petrus Apin (Papin), Koordinator Program PSE Caritas Keuskupan Ketapang.
Berbekal metode Asset Based Community Development (ABCD), Papin bersama tim PSE Caritas Ketapang melakukan penemanan intensif pada kelompok tani Tanjung Serunai di desa itu.

“Membantu masyarakat menemukan dan mengembangkan potensi yang mereka miliki untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Ini sejalan dengan Renstra PSE Caritas Ketapang dan Arah Dasar Keuskupan Ketapang dalam meningkatkan pelayanan kasih terhadap sesama yang menderita juga peduli pada alam ciptaan,” ungkap Papin.
Seiring waktu, tata kelola kelompok ini pun perlahan memperlihatkan bentuk yang semakin jelas. Hal ini tak lepas dari kendala sarana komunikasi yang berhasil terpecahkan. Sebagaimana diketahui sebelumnya, bahwa jaringan komunikasi telpon, dan juga internet, belum menjangkau wilayah terpencil di wilayah tersebut Ketapang, Kalimantan Barat.
“Bahkan beberapa orang tidak memiliki hand phone dan tinggal berjauhan satu sama lain,” ungkap Dono Dontot, Sekretaris Kelompok Tani Tanjung Serunai. Senada dengan Dono, Sinardi Jeman (Kek Barek), seorang tokoh adat setempat pun menyatakan sangat sulit mengatur agenda kegiatan bersama. “Sinyal HP sulit, pulsa apalagi,” ungkap Kek Barek.

Atas usul Stepanus Adiyanto, seorang staf PSE Caritas Ketapang, para anggota kelompok lalu secara gotong royong mengumpulkan uang untuk membeli 16 unit Handy Talky (HT) sebagai sarana komunikasi tata kelola kelompok tani tersebut. Penemanan tata kelola pada kelompok tersebut pun kemudian terlaksana secara sistematis.
Sejak memiliki HT, baik anggota maupun bukan anggota kelompok tani tersebut, warga Desa Kualan Hulu merasa terbantu karena dapat berkomunikasi lebih lancar. Bahkan mereka bahagia bisa membantu aparat desa setempat untuk menyebarkan informasi terkait Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan juga bila ada pertemuan di kantor desa. Sebelumnya, sejak terbentuk pada tahun 2015, kelompok tani ini sering menemui kendala yang menghambat tercapainya tujuan bersama. Sulit untuk berkumpul dan kurang percaya diri menjadi bagian dari kendala tersebut, selain juga kurangnya kemauan untuk saling memotivasi satu sama lain.

Menurut Papin, para pengurus dan anggota kelompok tani tersebut adalah orang-orang yang berpengaruh dan beritikad baik membangun desa. “Secara adat, mereka punya pengaruh yang besar di desa,” katanya.
Gereja Katolik Indonesia, melalui Caritas Indonesia bersama jaringan nasionalnya, terus berupaya hadir menemani dan meningkatkan kapasitas mereka yang terisolir, rentan, dan terancam oleh dampak perubahan iklim. Papin berharap kelompok tani ini bisa menjadi contoh, komunitas yang berkembang menolong diri sendiri dan orang lain, bahkan mendukung ekonomi desa lewat produk kopi dan padi nantinya.
“Kami berharap mereka dapat mengaktualisasikan kerasulan ekonomi yang ramah lingkungan, melalui pertanian intensif lahan tanpa bakar dan menetap, dan mampu menghasilkan 3 ketahanan desa yaitu: ekonomi, lingkungan, dan sosial,” ungkapnya.
No Comments