Caritas PSE Banjarmasin: Membangun Ketangguhan Masyarakat

Kalimantan Selatan sebagai salah satu provinsi yang kaya akan sumber daya alam dan berbagai potensi wisata juga memiliki beberapa po­tensi bencana, yang dapat beru­lang setiap tahun. Sebut saja banjir, tanah longsor, angin puting be­liung, kebakaran hutan dan tentu bencana kabut asap. Kaderisasi manajemen penanganan ben­cana di wilayah Kalimantan Se­latan pun terus dibangun.

Caritas PSE Keuskupan Banjarmasin mengadakan pelatihan sebagai upaya peningkatan kapasitas staf dan relawan dalam bidang Com­munity Managed Disaster Risk Reduc­tion (CM-DRR). Kegiatan ini terlaksana pada 24-29 Juli 2022 di Wisma Sikhar Banjarbaru, Kalimantan Selatan dan difasilitasi oleh Staf CM-DRR Caritas Indonesia, Ramiasi Novita (Achi).

“Saya berharap staf dan relawan dapat terus be­lajar tentang CM-DRR. Pengetahuan ini harus selalu diajarkan dan dibagikan agar masyarakat lebih pa­ham dalam mengantisipasi segala kemungkinan yang mengancam keselamatannya. Masyarakat ha­rus diajarkan dan disadarkan untuk siap, sigap, dan tanggap serta peduli atau peka sosial,” ujar Achi.

Ramiasi Novita memberikan pengantar tentang pentingnya pemahaman CM-DRR. (Foto: Caritas Banjarmasin/Caritas Indonesia)

Ia berharap, pelatihan ini menjadi dasar yang baik bagi penguatan respon bencana dan Caritas PSE Banjarmasin dapat menjadi garda terdepan dalam penanganan bencana yang mungkin akan terjadi.

Menjadi Penggerak

Kemampuan untuk mendeteksi dan menge­lola penanganan kebencanaan, penting dimil­iki oleh staf dan relawan Caritas. Ketua Caritas PSE Banjarmasin, Pastor Damianus Ama Kii, mengatakan, Keuskupan Banjarmasin perlu men­genali potensi dan modal sosial dalam pena-nganan bencana di wilayah Kalimantan Selatan.

“Saya sangat bergembira dengan segala pro­gram Caritas, khususnya berkaitan dengan CM-DRR. Mengapa? Karena masyarakat atau Cari­tas PSE Keban (Keuskupan Banjarmasin) harus mampu memiliki instrumen untuk mendeteksi bahaya yang mengancam Kalimantan Selatan.”

Perwakilan kelompok menunjukkan hasil diskusi. (Foto Caritas Banjarmasin/Caritas Indonesia)

Romo Dami menyadari, bahwa penanganan bencana memang harus berangkat dari ke­sadaran masyarakat atau komunitas, dan ma­syarakat pun sebenarnya memiliki kemam­puan untuk membantu dirinya sendiri dalam situasi bencana. Ia berpendapat, yang paling penting adalah menggerakan masyarakat ini agar mereka berdaya dalam situasi bencana.”

“Melalui CM-DRR, peningkatan kapasitas se­makin digalakkan karena bumi kita tidak se­dang baik-baik saja, bumi kita adalah rumah kita yang harus kita jaga. Bencana adalah ba­hasa alam untuk menemukan keseimbangan­nya. Salam belarasa. Melayani dengan hati,” ujar Imam Diosesan Keuskupan Banjarmasin ini.

Foto bersama para peserta pelatihan. (Foto: Caritas Banjarmasin/Caritas Indonesia)

Vina dari Paroki Tanjung, mengungkapkan, bahwa pelatihan ini memberikan motivasi dan se­mangat kerelawanan dalam penanganan bencana. “Terima kasih untuk kebersamaan kita dan beberapa hari berkegiatan, dan penginapan yang sudah disediakan untuk kami dari Paroki Tanjung. Beberapa hari ini sangat luar biasa bagi saya.”

Upaya membangun kemampuan ketangguhan bencana sudah selayaknya menjadi­kan masyarakat “aktor utama” dan tidak seka­dar “penerima manfaat”. Dengan dorongan, dukungan serta manajemen kebencanaan yang benar, masyarakat pun dapat digerak­kan untuk menolong mereka sendiri.

No Comments

Post A Comment