Panen 10 kali dalam 3 Bulan

Pengakuan jujur disertai rasa syukur keluar dari mulut Rafika Yanti (36), seorang ibu rumah tangga warga Kelurahan Tadong, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Sejak Juli 2022, ia bergabung dengan Kelompok Tani Lincong Koe di Paroki St. Fransiskus Asisi, Karot.

“Dengan pupuk organik, saya menanam terung dan sawi di pekarangan rumah saya berukuran 10 x 6 meter persegi,” kata Rafika. Dalam perjalanan waktu, ia melihat perbedaan antara sayur yang dihasilkan oleh pupuk organik dan pupuk kimia.

“Yang memakai pupuk organik buahnya besar dan bertahan lama sejak panen, tidak cepat membusuk, dan  rasanya tidak pahit. Sedangkan yang menggunakan pupuk kimia, buahnya kecil,” tambahnya.

Bersama keluarganya ia tak lagi perlu membeli sayur, karena produksi sayur dari lahannya, sangat baik. “Sejak tiga bulan pendampingan, saya sudah memanen terung 10 kali secara bertahap,” ungkapnya.

Selain untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sayuran yang dihasilkan juga dijualnya di pasar. Ia mengatakan bahwa pupuk organik lebih segar dan sehat. Perbedaan menyolok tampak pada daun sayuran yang menggunakan pupuk organik dan kimia. “Kami belajar menanam sayuran menggunakan pupuk organik bersama Caritas Ruteng,” kata Rafika.

No Comments

Post A Comment