GEDSI: Membuka Wawasan dan Memperbaiki Diri

“Pengarusutamaan Gender Equality, Disability, and Social Inclusion (GEDSI) dalam progam kemanusiaan merupakan hal yang esensial dalam sebuah lembaga sosial,” ungkap Martha Hesty Susilowati (Martha), external auditor dari RedR Indonesia.

Bersama rekannya, Esther P. Silalahi (Terry), pada 3-8 Oktober 2022, Martha melakukan audit terkait isu-isu GEDSI pada implementasi program livelihood yang berlangsung di wilayah Keuskupan Atambua, khususnya di Desa Tapenpah, Desa Manunain A, Desa Loeram dan Desa Ainiut.

Selain bersama staf Caritas Atambua, Focus Group Discussion (FGD) juga dilakukan bersama aparat pemerintah desa, tokoh-tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, para siswa SD dan SMP. Tak terlewat, kunjungan ke beberapa rumah pun dilakukan untuk mendapatkan data langsung dari para lanjut usia (lansia) dan penyandang disabilitas, serta orang dewasa non-binary.

Seorang auditor berdiskusi dengan perwakilan masyarakat Desa Tapenpah, Kab. Timor Tengah Utara (Foto: Caritas Atambua/Caritas Indonesia)

Tommy Sikone, Kepala Desa Tapenpah, menyatakan bahwa pemerintah desa memberikan apresiasi yang tinggi pada audit ini karena bisa berdiskusi terkait persoalan-persoalan yang berhubungan dengan kepedulian pada anak-anak, difabel dan masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

“Kami sangat senang karena diskusi berjalan santai tapi serius, dan menariknya kami sama-sama turun berkunjung di rumah keluarga, kategori difabel, mereka yang mengalami korban kekerasan pada anak dan juga persoalan-persoalan yang masyarakat alami dirumah,” kata Tommy.

Audit GEDSI pada anak-anak di SD Inpres Nesam, Desa Manuanain A, Kab. Timor Tengah Utara (Foto: Caritas Atambua/Caritas Indonesia).

Audit GEDSI dilakukan untuk menganalisa secara komprehensif konteks perlindungan, terutama pada anak, sexual exploitation abuse and harassment (SEAH) , gender, disabilitas dan inklusi sosial di suatu wilayah dimana program kemanusiaan sedang berlangsung.

Seorang warga Desa Ainiut, Yasinta Sako, berterimakasih dengan kegiatan ini karena pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, membuka pikiran dan hatinya. “Dengan adanya pertanyaan yang disampaikan, kami bisa mengoreksi diri dan memperbaiki lebih baik lagi,” demikian ungkapnya.

Auditor GEDSI berdialog dengan tokoh adat dan tokoh agama Desa Manunain A, Kab. Timor Tengah Utara (Foto: Caritas Atambua/Caritas Indonesia)

Proses interaksi antara auditor dengan para narasumber berlangsung sangat baik. Terry sangat terkesan dengan antusias masyarakat dalam memberikan informasi. “Saya sungguh belajar banyak mengenai situasi masyarakat di 4 desa yang kami jalani, khususnya bagaimana kemiskinan mengukung kreativitas dan perkembangan,” kesannya.

Selain untuk analisa komprehensif, audit ini juga bertujuan memberikan rekomendasi perbaikan sistem berdasarkan temuan, situasi kontekstual, dan kebijakan yang relevan.

Salah satu kegiatan audit GEDS di SD Oeliurai, Desa Tapenpah, Kab. Timor Tengah Utara (Foto: Caritas Atambua/Caritas Indonesia)

Siju Moreira, Koordinator Program Caritas Atambua, mengatakan bahwa audit GEDSI yang dilakukan bersama Caritas Indonesia dan Caritas Australia ini adalah yang perdana dilakukan di wilayah Program Caritas Keuskupan Atambua. “Sangat bermanfaat karena menggali informasi terkait isu gender, disabilitas, lansia dan inklusi sosial dengan melibatkan beberapa stakeholder,” ungkapnya. Siju berharap, dalam desain program selanjutnya, ada integrasi kegiatan terkait GEDSI, baik itu peningkatan kapasitas maupun program yang terlaksana di Dekenat dan Paroki.

No Comments

Post A Comment