LABUAN BAJO – Caritas Indonesia bersama Caritas PSE Keuskupan Labuan Bajo menyelenggarakan Pelatihan Standar Layanan Kemanusiaan Program Paroki Tangguh Bencana pada 28–30 Mei 2025 di Paroki Katedral Roh kudus, dan Family Center SVD Labuan Bajo. Pelatihan ini merupakan bagian dari Program Gerakan Paroki Tangguh Bencana, Caritas Indonesia yang tahun ini dilaksanakan di enam keuskupan terpilih di seluruh Indonesia, termasuk Keuskupan Labuan Bajo. Sekadar untuk diketahui bahwa Keuskupan Labuan Bajo menjadi keuskupan yang ke-38 di Indonesia. Diumumkan sebagai keuskupan baru pada tanggal 21 Juni 2024.
Misa Kenaikan Tuhan Yesus Kristus: Peneguhan Tim Paroki Tangguh Keuskupan Labuan Bajo
Dua paroki yang mengikuti dan mengambill bagian dalam pelatihan ini adalah Paroki Santa Theresia dari Kanak-Kanak Yesus Longgo/Dalong & Paroki Yesus Kerahiman Ilahi Sok Rutung. Masing-masing paroki mengutus 14 orang peserta, sehingga total peserta berjumlah 28 orang. Dalam Pertemuan ini, hadir juga tim relawan Caritas Keuskupan Labuan Bajo dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Kabupaten Manggarai Barat – Labuan Bajo).
Direktur Caritas PSE Keuskupan Labuan Bajo, RD. Yuvensius Rugi, menegaskan bahwa pemilihan dua paroki sasar berdasarkan kerentanan terhadap bencana. Kedua Paroki sasar ini pernah mengalami bencana longsor dan banjir tahun 2018 yang memakan korban meninggal dunia 8 orang. Menjadi sangat penting dan perlu disyukuri bahwa di awal perjalanan keuskupan baru ini, hadir program Paroki Tangguh. Bagi kami, program ini amat aktual dan relevan.
Setiap peserta dibekali beberapa pengetahuan, teristimewa tentang spiritualitas Caritas itu sendiri. Direktur Caritas Keuskupan Labuan Bajo menjelaskan bahwa karya kemanusiaan kita harus berbasis pada semangat kasih. Tidak ada karya kemanusiaan caritas tanpa kasih. Kasih tetap menjadi roh yang menginspirasi dan menggerakan hati setiap relawan dalam karya-karya kemanusiaannya. Setiap peserta mesti memahami bahwa motto karya caritas: Melihat – Merasakan/Menilai – Bertindak/Aksi nyata. Dengan memahami spirit ini, maka tim Tangguh Paroki – tim relawan dapat bekerja dengan baik.
Suasana Pelatihan Program Paroki Tangguh Bencana di Keuskupan Labuan Bajo
Khotbah perayaan Kenaikan Tuhan dan sekaligus perayaan peneguhan tim Tangguh dari dua Paroki, Romo Yuvens menggarisbawahi sekali lagi tentang kekuatan cinta dalam karya-karya kemanusiaan. Rasul Paulus sendiri mendoakan dan mengharapkan: “Ia menjadikan mata hatimu terang”. Mata hati yang terang artinya hati yang senantiasa berbela rasa, peduli dan hati yang penuh belaskasihan. Spirit inilah yang mengobarkan hati tim relawan kemanusiaan caritas.
Harus selalu disadari: Sebagaimana Yesus mengangkat tangan dan memberkati para murid-Nya, tim tangguh paroki juga harus menjadi pribadi yang bisa mengalirkan berkat bagi orang-orang yang dilayani. Kehadiran tim relawan di tengah orang-orang yang terpinggirkan, yang ditimpa bencana, menjadi sangat penting. Maka: Hanya hati penuh kasih dan pedulilah yang menjadikan seseorang siap siaga untuk menghadirkan berkati itu.
Harapannya: Semua peserta tim tangguh paroki bisa mengimplementasikan pengetahuan yang didapat untuk karya-karya kemanusiaannya. Caritas Keuskupan Labuan Bajo mengucapkan terima kasih kepada Caritas Indonesia yang telah menghadirkan karya kemanusiaan di Keuskupan Labuan Bajo melalui program Paroki Tangguh Bencana. Terima kasih kepada peserta dari dua Paroki yang siap untuk menjadi relawan kemanusiaan. Salam belarasa!!
Johanes B. Stat, Sekretaris BPBD Kab. Manggarai Barat, dalam siklus penanggulangan bencana, pra bencana harus mendapatkan perhatian lebih untuk memperkuat komunitas dalam menghadapi bencana
Johanes B. Stat, Sekretaris BPBD Kab. Manggarai Barat menegaskan agar gerakan Paroki Tangguh yang diinisiasi di Keuskupan Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat menjadi kontribusi gereja dalam membangun ketangguhan di tingkat komunitas. Penggulangan bencana merupakan kerja bersama, kolaborasi dengan bernagai pihak (pentahelix). Pernyataan ini sejalan dengan semangat pengurangan risiko bencana berbasis komunitas (PRBBK) yang menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dalam upaya pengurangan risiko bencana.
SALAM BELARASA