Caritas Indonesia bersama Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Caritas Keuskupan Tanjung Karang kembali menghadirkan Program THRIVE – Gerakan Paroki Tangguh dengan menggelar Lokalatih Manajemen Bencana di Aula Panti Wredha Griya Nugraha yang berlangsung pada hari Jumat-Minggu, 18-20 Juli 2025.
Lokalatih ini merupakan pelatihan yang kedua dengan tema-tema pembahasan seputar manajemen bencana, pengurangan risiko bencana oleh masyarakat, keluarga tangguh bencana, aksi merespon peringatan dini dan kajian risiko bencana paroki tangguh bencana.
Ketua Komisi PSE/Caritas Keuskupan Tanjung Karang, RD. Agustinus Sunarto menuturkan bahwa pelatihan ini dihadiri oleh perwakilan dari tiga paroki di Keuskupan Tanjung Karang: Paroki St. Theodorus Liwa, Paroki Keluarga Kudus Sidomulyo dan Paroki Ratu Damai Teluk Betung. Dan diharapkan para peserta dari ketiga paroki ini menjadi fasilitator lokal di wilayah parokinya sendiri dan sekitarnya.
Seperti pada lokalatih sebelumnya, Tim ER-DRR Caritas Indonesia sebelumnya juga telah menyusun outline materi yang akan dibahas dalam lokalatih ini. Pelatihan ini juga melibatkan fasilitator dari Caritas Germany dan Relawan Nasional.
Adi Rusprianto, ER DRR Officer Caritas Indonesia pada sesi pembuka orientasi kegiatan ini menekankan bahwa model pelatihan yang digunakan adalah model pembelajaran orang dewasa, dimana pusatnya bukan pada narasumber melainkan bersumber dari pengolahan pengalaman para peserta. Sehingga melalui proses tersebut diharapkan semua peserta dapat terlibat berdasarkan pemahaman dan pengalamannya masing-masing.
Selanjutnya sebagai sesi materi pertama, PSE Caritas Tanjung Karang juga mengundang Pak Wahyu Hidayat dari BPBD Provinsi Lampung yang menjelaskan bahwa ruang lingkup dan kerja-kerja dari kebencanaan itu sangat luas sehingga beliau mengantarkan para peserta untuk dapat memahami itu sebabnya bencana itu harus di-manajemen secara holistik. Pemahaman mengenai karakter bencana dan siklus bencana juga menjadi pengetahuan dasar yang harus dipahami oleh para peserta.
Pada sesi terakhir ini, para peserta pun diajak dapat mengenali dan memahami bahwa gerakan paroki tangguh ini merupakan bagian dari ketangguhan masyarakat menghadapi bencana, dimana pendekatan piramida resiliensi dan pengurangan risiko bencana oleh masyarakat (PRBOM) menjadi kerangka berfikir dan kerja ketangguhan guna menyelenggarakan desain paroki tangguh bencana ini.
SALAM BELARASA