Weetebula - Lokakarya Asset-Based Community Development (ABCD) yang diselenggarakan oleh Caritas Indonesia dan Keuskupan Weetebula menjadi momentum penting dalam memperbarui cara pandang terhadap pelayanan dan pemberdayaan masyarakat. Kegiatan ini melibatkan berbagai unsur; komisi-komisi keuskupan, tarekat religius, pemerintah desa, dan masyarakat lokal, dalam sebuah proses pembelajaran bersama yang berfokus pada kekuatan komunitas.
Pater Agustinus Malo Bulu CSsR Vikjen Keuskupan Weetebula, dalam sambutannya saat membuka lokakarya, menyampaikan bahwa “ini merupakan pertemuan terbesar pertama yang menghadirkan komisi-komisi dan tarekat.” Ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas aktor agar pelayanan tidak berjalan sendiri-sendiri, melainkan saling menguatkan dan menghasilkan dampak yang lebih nyata dan berkelanjutan. “Kita perlu kolaborasi, agar dampaknya menjadi lebih nyata dan berkelanjutan,” ujarnya.
Menurut Pater Vikjen, pendekatan ABCD sangat relevan dengan fokus pastoral keuskupan yang menekankan pemberdayaan ekonomi. “Metode ini, kan pertama-tama melihat apa yang kita punya, asetnya. Apa yang kita punya, apa yang bisa kita kembangkan, dan kita butuh apa dari orang lain untuk lebih membangkan dan mengelola lebih baik apa yang sudah ada ini,” jelasnya. Pendekatan ini menggeser cara berpikir lama yang cenderung menunggu bantuan dari luar, padahal komunitas telah memiliki banyak sumber daya yang dapat dikembangkan.
Ia juga menyampaikan rasa syukur atas penyelenggaraan lokakarya ini, karena telah membuka wawasan baru dan memperbarui paradigma pelayanan. “Saya baru pertama kali mengikuti pertemuan ini. Pengantar ABCD sore hari ini, benar-benar memperbarui wawasan dan paradigma,” ungkapnya. Perubahan pola pikir ini menjadi langkah awal menuju pengelolaan pelayanan yang lebih tepat dan berdampak.
Melalui lokakarya ini, Keuskupan Weetebula menunjukkan komitmen untuk membangun pelayanan yang berakar pada kekuatan lokal, inklusif, dan berkelanjutan. Pendekatan ABCD bukan sekadar metode, tetapi sebuah paradigma yang menempatkan komunitas sebagai pusat perubahan dan agen pembangunan.
Salam Belarasa
