2025/09/09 - 11:25:14am

Caritas Indonesia diundang hadir dalam Workshop Migran Asia dan Tanggapan Kita, Kuala Lumpur, Malaysia – 31 Agustus s.d. 3 September 2025

Berita, Kabar Karina, Kilas Berita by Caritas Indonesia

Caritas Indonesia mendapat kehormatan sebagai undangan dalam Workshop – Migrants in Asia and Our Response yang diselenggarakan pada 31 Agustus hingga 3 September 2025 di Archdiocesan Pastoral Centre, Kuala Lumpur, Malaysia. Kegiatan ini digagas oleh Federation of Asian Bishops’ Conferences: Office of Human Development/Climate Change Desk (FABC:OHD/CCD), International Catholic Migration Commission (ICMC), dan General Office of Justice, Peace and Integrity of Creation (JPIC) bekerjasama dengan Caritas Asia.

Sebanyak 20 negara Asia ambil bagian mewakili berbagai lembaga Gereja, organisasi kemanusiaan, komunitas religius, serta jaringan advokasi migran. Workshop ini menjadi ruang penting untuk berbagi pengalaman nyata dari para migran dan merumuskan langkah nyata dalam memperkuat pelayanan pastoral dan advokasi bagi mereka yang berpindah lintas negara.

 

Membuka Perspektif Baru tentang Migran

Kegiatan dibuka pada Minggu, 31 Agustus 2025, dengan sambutan pembuka dan pengantar konteks yang diberikan oleh Mgr. Allwyn D’Silva, Ketua FABC-OHD/CCD. Dalam pandangannya, beliau menegaskan pentingnya kolaborasi lintas negara dan lintas lembaga dalam menyikapi realitas migrasi yang semakin kompleks di Asia.

Hari pertama workshop (Senin, 1 September 2025) diawali dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Mgr. Julian Leow Beng Kim, Uskup Agung Kuala Lumpur. Materi awal diberikan oleh Dr. Christine Nathan (ICMC), sebagai pembicara utama, mengenai situasi global migrasi dan peran Gereja Katolik. Kemudian dilanjutkan dengan pemaparan dari Ms. Shimray Mungreiphy (Caritas Asia) tentang tren migrasi di kawasan Asia, serta refleksi teologis dari Sr. Dr. Rekha Chennattu, RA, dan Mgr. Allwyn D’Silva mengenai pandangan Paus Fransiskus dan Paus Leo XIII. Acara dilanjutkan dengan diskusi panel bersama Mr. Ranmit Singh (Bar Council Malaysia) dan Fr. Jaison Vadessery (India) yang menyoroti aspek hukum dalam pelayanan migran.

 

Belajar dari Lapangan dan Suara Migran

Hari kedua (Selasa, 2 September 2025) menjadi momen penting karena peserta diajak dalam program kunjungan lapangan (exposure programme) yang difasilitasi ICMC. Peserta mengunjungi beberapa organisasi pendamping migran di Malaysia, antara lain North South Initiative (Selangor), Myanmar Ethics Organization (Cheras, Kuala Lumpur), dan Tenaganita (Selangor). Melalui kunjungan ini, peserta melihat langsung tantangan yang dialami para pekerja migran, termasuk soal status hukum, kondisi kerja, pemenuhan hak dasar, serta kerentanan terhadap perdagangan manusia.

Sore harinya, dilaksanakan diskusi panel yang menghadirkan suara para migran dan lembaga pendamping lokal. Sarah Ann Chou (PERCH/ACTS), Brittocia Arulanthu (Global Shepherds Berhad), serta Josie Tey (Koordinator Ministry for Migrants & Itinerants) berbagi pengalaman mendampingi migran di Malaysia. Kesaksian langsung juga datang dari Doris Ciego (migran asal Filipina), Desiderius Dhare dan Ben Wahang (migran asal Indonesia), yang menyuarakan harapan dan kerinduan mereka akan dukungan Gereja. Kesaksian ini memberi dampak mendalam bagi peserta, mengingatkan bahwa di balik angka dan statistik, ada wajah-wajah manusia yang membawa luka, harapan, sekaligus kekuatan iman dalam perjalanan hidup mereka.

 

Sinergi dan Langkah Bersama

Hari terakhir (Rabu, 3 September 2025) difokuskan pada refleksi bersama dan rencana mewujudkan gerakan bersama. Sesi “Sharing of Good Practices” memperlihatkan berbagai inisiatif yang sudah dilakukan di tingkat regional dan internasional, dengan kontribusi dari Caritas Asia, FABC-OHD/CCD, JPIC, ICMC, dan Talitha Kum Asia.

Diskusi kelompok kemudian diarahkan oleh Fr. Roy Thomas untuk menyusun langkah tindak lanjut. Beberapa poin penting yang mengemuka adalah:

  • Perlunya memperkuat jaringan antar-Caritas dan lembaga Gereja untuk pelayanan pastoral migran.
  • Mengintegrasikan isu migrasi dalam pendidikan iman dan liturgi, sehingga umat lebih peka terhadap keberadaan dan kebutuhan saudara-saudari migran.
  • Mendorong Gereja di negara asal dan negara tujuan migran untuk bekerja sama dalam mendampingi umat yang hidup di diaspora.
  • Memperkuat kolaborasi dengan organisasi masyarakat sipil untuk advokasi hak-hak migran, khususnya perlindungan dari eksploitasi.

 

Peran Caritas Indonesia

Rm. Fredy Rante Taruk, Direktur Eksekutif Caritas Indonesia, turut hadir dan terlibat  dalam proses pertemuan ini. Kehadiran Caritas Indonesia sekaligus menegaskan komitmen Gereja Katolik di Indonesia untuk berkontribusi dalam isu migrasi, mengingat Indonesia sendiri merupakan negara asal sekaligus negara tujuan migran.

Migrasi internasional, khususnya pekerja migran Indonesia (PMI) di Asia, membawa tantangan pastoral yang nyata. Gereja dipanggil tidak hanya untuk memberikan dukungan rohani, tetapi juga memperjuangkan perlindungan hak asasi mereka. Melalui keterlibatan di workshop ini, Caritas Indonesia membuat langkah nyata sekaligus memperkuat jejaring kolaborasi dengan mitra di tingkat regional.

 

Penandatanganan MoU Caritas Indonesia dan Caritas Malaysia

Rangkaian workshop ini juga membawa harapan baru adanya kolaborasi antar Anggota Caritas di Asia. Pada 3 September 2025, dilaksanakan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Caritas Indonesia dan Caritas Malaysia tentang Kerjasama Bilateral untuk Perlindungan, Pendampingan, dan Pemberdayaan Tenaga Kerja Migran Indonesia di Malaysia selama empat tahun ke depan (2025 – 2029). 

Rm. Fredy Rante Taruk dan Rm. Fabian Dicom (Direktur Nasional Caritas Malaysia) menandatangani MoU kerja sama yang disaksikan oleh Ms. Shimray Mungreiphy (Koordinator Regional Caritas Asia), Dr. Benedict Alo D’Rozario (Presiden Regional Caritas Asia), dan Sr. Anastasia Ratnawati OSU, MA (Talithakum). 

Kerja sama bilateral ini mencakup:

  • Perlindungan dan pendampingan pekerja migran Indonesia di Malaysia, termasuk dokumentasi kasus dan repatriasi jenazah.
  • Advokasi kebijakan publik untuk sistem migrasi yang lebih manusiawi dan adil.
  • Penguatan layanan pastoral di keuskupan-keuskupan, serta penyusunan mekanisme rujukan lintas batas.
  • Peningkatan kapasitas komunikasi dan pertukaran praktik baik antar Caritas.

 

Penandatanganan MoU ini menjadi tonggak penting, meneguhkan semangat solidaritas keluarga Caritas yang melampaui lintas batas negara dan mempertegas komitmen Gereja dalam mendampingi para migran Indonesia di Malaysia dengan pendekatan yang bermartabat dan berkelanjutan.

 

Salam Belarasa

Donasi ke Caritas Indonesia

Amal Kasih untuk anak-anak di Kodi Utara

Lihat Detail
Lihat Semua