Kampung Caritas

Sarampad adalah sebuah desa yang berada di Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur yang menjadi pusat episentrum gempa berkekuatan 5,6 SR yang mengguncang Cianjur dan sekitarnya pada tanggal 21 November 2022. Menurut Dudu Abdurajab, Kepala Desa Sarampad, lebih dari 60 persen bangunan di desa Sarampad hancur dan hampir seluruh penduduk mengungsi kecuali warga yang rumahnya rusak ringan yang masih kembali menempati rumah tinggal mereka. Akibat gempa itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada 335 orang meninggal dunia; sementara Pemerintah Kabupaten Cianjur mencatat jumlah korban tewas mencapai 663 orang.

Sebagai titik pusat gempa, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merekomendasikan Sarampad dan delapan desa lainnya untuk direlokasi. Rekomendasi tersebut dikeluarkan setelah desa itu dinyatakan menjadi wilayah yang dilalui Sesar Cugenang atau zona patahan yang baru ditemukan setelah gempa.

“Karena Sesar Cugenang adalah sesar aktif, maka rentan kembali mengalami pergeseran atau deformasi, getaran dan kerusakan lahan, serta bangunan. Area sepanjang patahan harus dikosongkan dari peruntukan sebagai permukiman, sehingga jika terjadi gempa bumi kembali di titik yang sama, tidak ada korban jiwa maupun kerugian materil,” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati. Namun, daerah itu bisa tetap dimanfaatkan untuk pertanian, kawasan konservasi, dan destinasi wisata dengan ruang terbuka tanpa bangunan permanen.

Sarampad pula yang menjadi desa pertama yang direspon oleh Pos Pelayanan Kemanusiaan Paroki St. Petrus Cianjur ketika gempa terjadi. Dari masa tanggap darurat, Biro Caritas Bogor Bersama Caritas Indonesia kemudian melanjutkan dengan Program Rapid Response Cianjur Earthquake [P- EA 28/2022]. Desa Sarampad menjadi salah satu desa yang dipilih Caritas Indonesia dan Jaringannya sebagai penerima manfaat.

Pada Program Rapid Response yang didukung oleh Caritas-Caritas Keuskupan di wilayah Regio Jawa, 350 kepala keluarga atau 1.400 jiwa dari tiga desa menjadi penerima manfaat, yaitu 271 KK di Desa Sarampad Kecamatan Cugenang dan 49 KK di Desa Bunisari dan 30 KK di Desa Tegalega dari Kecamatan Warungkondang. Bantuan yang diberikan kepada para penerima manfaat berupa Shelter dan WASH. Sebelum pembagian paket bantuan Shelter, para penerima manfaat dibagi menjadi beberapa kelompok. Kelompok-kelompok tersebut kemudian secara bergotong-royong membantu membersihkan sisa-sisa puing-puing bangunan agar ada tempat untuk mendirikan tenda keluarga.

Proses penyiapan paket-paket bantuan oleh para relawan

Paket peralatan dan perlengkapan pertukangan (paket #1) berupa gerobak sorong, sekop, pacul, gergaji, palu, linggis dan parang. Untuk Shelter (paket #2) sendiri terdiri dari tenda keluarga berukuran 4×6 m2 dan Shelter kits berupa Kasur, tikar/matras, selimut, sarung, sapu lidi, sapu nyere, tempat sampah, tali, dan kain penyekat untuk ruangan dalam tenda. Setelah tenda keluarga berdiri, para penerima manfaat juga diberikan perlengkapan memasak (paket #3) berupa wajan, panci masak nasi, sendok nasi, sendok makan, sendok wajan, pisau, piring, dan gelas. Dan paket berikutnya yang diberikan adalah paket kebersihan diri (paket #4) berupa sabun mandi, sikat gigi, pasta gigi, handuk, ember. Selain paket-paket Shelter dan WASH diatas, di Desa Sarampad juga dibangun sarana untuk penyediaan air bersih berupa sumur bor dan perbaikan saluran air bersih dari mata air hingga ke bak-bak penampungan yang memungkinkan warga dengan mudah mengakses air bersih. Lebih dari 500 Kepala Keluarga atau setara dengan 2.000 jiwa yang merasakan manfaat. Para penerima manfaat di Desa Sarampad tersebar di 6 kampung yaitu Kampung (Kp) Sarampad Wetan, Kp. Sarampad Kaler, Kp. Sarampad, Kp. Cihekeu, Kp. Cisarua, dan Kp. Salakawung.

Dari keenam kampung penerima manfaat ini, ada yang cukup menarik perhatian yaitu 17 penerima manfaat di Kampung Sarampad Wetan. Tenda-tenda Jaringan Caritas yang berdiri disana cukup menarik perhatian karena bentuk dan ukurannya yang mencolok. Warna putih sebagai dasar dengan dua dinding penutup di depan dan dibelakang. Yang menarik adalah warga dengan kreatifitasnya mengubah posisi dinding pintu masuk di bagian agak ke  dalam sehingga tenda tersebut memiliki teras di bagian depan sebagai ruang tamu. Selain itu, posisi tenda jaringan Caritas pun dipasang hampir berdekatan satu keluarga dengan keluarga lainnya sehingga terlihat seperti sebuah kompleks perumahan. Warga disana menyebutnya “Kampung Caritas”. Selain tenda keluarga Jaringan Caritas, ada juga tenda-tenda keluarga dari beberapa lembaga lain. Dan semuanya dibangun berdampingan satu dengan yang lainnya sehingga tampak begitu asri.

Tenda-tenda Keluarga yang sudah didirikan di Desa Sarampad

“Kami sangat berterima kasih kepada Caritas Indonesia yang sudah membantu warga disini. Tidak hanya tenda keluarga untuk kami berteduh, tapi ada juga kelengkapannya seperti kasur dan alas untuk tempat tidur, sarung, peralatan memasak, dan kelengkapan lainnya”, ucap Oyeh Ketua RT Sarampad Wetan.

Menurut Rohman, salah satu vocal point Caritas bahwa peralatan pertukangan seperti gerobak sorong, pacul dan lainnya yang diberikan di awal itu sangat berguna dan dapat digunakan warga untuk membangun kembali Desa Sarampad ini secara bersama-sama.

Seorang ibu yang tinggal di Kampung Cisarua ketika menerima Paket #3 berupa peralatan memasak menyampaikan terima kasih kepada Caritas Indonesia karena selama kejadian gempa hingga saat ini ia dan keluarganya hanya mendapat bantuan dari Caritas. Sewaktu kejadian, ia dan suaminya membawa orang tuanya mengungsi ke Cianjur dan mengontrak rumah disana karena orang tuanya sedang sakit. Selain itu, anaknya meninggal dunia karena tertimpa reruntuhan rumahnya.

“Sebelum kami sekeluarga mengungsi ke Cianjur, kami sudah melapor ke RT/RW dan ke kantor Desa. Tapi setelah sekitar sebulan saya kembali kesini dan menanyakan perihal bantuan ke RT/RW para pengurus RT/RW mengatakan kalau mereka lupa untuk melapor ke kantor Desa”, ungkap Sri dengan mata berkaca-kaca. Mengetahui kalau keluarganya tidak mendapat bantuan dari pihak desa setempat, suami Sri mengatakan, “Mungkin bukan rejeki kita Bu. Tapi Tak apa, mungkin Tuhan kasih lewat yang lain.” Rasa kecewa Sri terobati saat mengetahui keluarganya mendapat selembar kupon bantuan dari Caritas Indonesia. “Ternyata masih ada lembaga lain seperti Caritas ini yang masih memperhatikan kebutuhan saya dan keluarga terutama tenda keluarga”, ucap Sri sambil tersenyum bahagia penuh rasa syukur.

Oleh: Yoseph Subay – Caritas Keuskupan Bandung

No Comments

Post A Comment