Selamat Jalan, Pekerja yang Rendah Hati di Kebun Anggur Tuhan

Press Office Kepausan mengumumkan bahwa Paus Emeritus, Benediktus XVI telah meninggal dunia pada Sabtu (31/12/2022) jam 09:34 pagi (waktu setempat) di kediamannya di Biara Mater Ecclesiae, Vatican.

Lahir pada 16 April 1927 di Marktl am Inn, sebuah desa dekat perbatasan Jerman dan Austria, Joseph Aloisius Ratzinger memiliki ayah seorang Komisaris Polisi dari keluarga petani yang sederhana dan ibu yang adalah seorang pengrajin yang sebelumnya bekerja sebagai juru masak di sejumlah hotel. Joseph menghabiskan masa kecil dan remajanya di Traunstein, sebuah desa kecil tiga puluh kilometer dari Salzburg. Pada masa mudanya ia kerap melihat perlakuan rezim Nazi yang tidak bersahabat dengan Gereja Katolik. Ia menyaksikan bagaimana orang-orang Nazi memukuli Pastor Paroki yang akan merayakan Misa Kudus. Kenyataan itu nyatanya justru meyakinkannya untuk menemukan keindahan dan kebenaran iman di dalam Kristus.

Keluarga Ratzinger, dari kiri ke kanan: Maria (kakak), Georg (kakak yang juga seorang Imam), Ibunya, Joseph, dan ayahnya.
Foto diambil seusai kedua imam tersebut mempersembahkan misa pertamanya pada. 8 Juli 1951.
(Photo: Katholische Nachrichten-Agentur).

Joseph muda melewati masa studi Filsafat dan Teologi di Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Freising dan di Universitas Munich dari tahun 1946 hingga 1951. Setelah menerima tahbisan imamat pada 29 Juni 1951, setahun kemudian ia mulai mengajar di Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Freising. Pada tahun 1953, ia memperoleh gelar Doktor dalam bidang Teologi dengan tesisnya berjudul “Volk und Haus Gottes in Augustins Lehre von der Kirche” (Umat dan Kediaman Allah dalam Eklesiologi Santo Agustinus). Empat tahun kemudian, di bawah arahan seorang profesor teologi fundamental, Gottlieb Söhngen, ia memenuhi syarat untuk mengajar di Universitas dengan disertasi berjudul “Die Geschichtstheologie des heiligen Bonaventura” (Teologi Sejarah menurut St Bonaventura).

Setelah mengajar teologi dogmatis dan fundamental di Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi di Freising, Joseph melanjutkan mengajar di Bonn, dari tahun 1959 hingga 1963, di Münster dari tahun 1963 hingga 1966, dan di Tübingen dari tahun 1966 hingga 1969. Selama tahun terakhir ini, dia menjabat sebagai Ketua bidang dogmatik di Universitas Regensburg, sekaligus menjadi di mana dia juga menjadi Wakil Rektor di universitas tersebut.

Dari tahun 1962 hingga 1965, ia memberikan kontribusi penting bagi Konsili Vatikan II dimana saat itu ia hadir sebagai konsultan teologi untuk Kardinal Joseph Frings, Uskup Agung Köln. Aktivitas ilmiahnya yang intens membawanya ke posisi penting dalam pelayanan Konferensi Waligereja Jerman dan Komisi Teologi Internasional. Pada 25 Maret 1977, Paus Paulus VI menunjuknya menjadi Uskup Agung Munich dan Freising, dan pada 28 Mei di tahun yang sama, ia menerima tahbisan Uskup dengan moto tahbisan ‘Cooperatores Veritatis’ (Kooperator Kebenaran), dan pada 27 Juni 1977, Paus Paulus VI mengangkatnya menjadi Kardinal.

Joseph Ratzinger saat menerima tahbisan uskup pada 28 Mei 1977 dari Mgr. Joseph Stangl, Uskup Würzburg di Katedral Munich Frauenkirche.
(.Photo: Katholische Nachrichten-Agentur).

Paus Yohanes Paulus II pada 25 November 1981 kemudian menunjuknya sebagai Prefek Congregatio pro Doctrina Fidei (Kongregasi untuk Ajaran Iman) sekaligus sebagai presiden Komisi Kitab Suci Kepausan dan Komisi Teologi Internasional. Joseph Cardinal Ratzinger terpilih sebagai Paus ke-265 pada 19 April 2005 dan mengundurkan diri pada 28 Februari 2013.

Selama hampir 8 tahun masa kepausannya, Paus Benediktus XVI telah melakukan 24 Kunjungan Apostolik ke luar negeri, berpartisipasi dalam tiga kali peringatan Hari Kaum Muda Sedunia dan Pertemuan Keluarga Sedunia, dan menulis 3 ensiklik, yakni Deus Caritas Est (2005), Spes Salvi (2007) dan Caritas in Veritate (2009). Dalam website kepausan disebutkan bahwa Paus Benediktus XVI menulis 13 Motu Proprio dan mengeluarkan 4 Seruan Apostolik serta sejumlah Apostolic Constitutions.

Paus Benediktus XVI juga mengangkat 84 kardinal, mengkanonisasi 45 Santo dan Santa, dan 855 Beato dan Beata, satu diantaranya adalah pendahulunya sendiri, St. Yohanes Paulus II.

Paus Benediktus XVI berlutut di depan Salib saat liturgi Jumat Agung di Basilika Santo Petrus, 6 April 2012.
(Photo: Katholische Nachrichten-Agentur).

Setelah para pendahulunya – dari Paus Yohanes XXIII sampai Paus Yohanes Paulus II – dan sejalan dengan tema-tema utama yang dijabarkan dalam ensiklik pertamanya “Deus Caritas Est”, Paus Benediktus XVI adalah seorang Paus yang sangat mendorong pentingnya dialog antar iman dan antar kebudayaan. (admin)

(Sumber: Vaticannews)

No Comments

Post A Comment