
11 Sep Kolaborasi untuk Ketangguhan Komunitas
Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Keuskupan merupakan salah satu perangkat pelayanan Gereja yang harus menjadi penggerak utama umat untuk makin memahami perutusan kerasulan sosial ekonomi, dan pada gilirannya berpartisipasi dengan kerelaan hati. Masukan dari Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang tersebut disampaiakan pada Konpernas XXV PSE KWI yang diselenggarakan di Kuta, Bali 30 Mei – 3 Juni 2022 lalu dan dihadiri oleh para perwakilan Komisi PSE Keuskupan.
“Komisi PSE KWI berkarya pastoral guna membangkitkan kesadaran umat pada solidaritas Kristiani sedangkan Yayasan KARINA-KWI menopang kebutuhan kerasulan sosial ekonomi dalam membangun kompetensi kegiatan sosial ekonomi di keuskupan,” terang Mgr. Turang. Ditegaskan pula bahwa keduanya adalah milik KWI, dan karena itu harus berpadu dalam pembangunan manusia seutuhnya menurut fungsinya masing-masing. Berangkat dari penjelasan tersebut, dan sebagai bagian dari agenda tahunan keuskupan, Komisi PSE Keuskupan Malang mengadakan kegiatan “Pertemuan dan Refleksi Bersama Bidang Pelayanan Paroki Se-Keuskupan Malang”.
Peran Aktif
Masing-masing perwakilan Komisi diberi kesempatan untuk memperkenalkan dan memaparkan sekilas informasi mengenai Komisi yang dimaksud, dengan harapan di level paroki semakin memahami dan ambil bagian secara aktif dalam karya kerasulan pastoral sesuai dengan konteks gereja lokal. Tim Laudato Si misalnya, menyampaikan praktik baik mengenai pengolahan sampah plastik serta pembuatan eco-enzym. Komisi Kerasulan Awam (Kerawam) berbagi pengalaman terkait pendampingan pada kelompok-kelompok usaha kecil.
Kesempatan yang sama diberikan pula kepada Tim Solidaritas Kemanusiaan Keuskupan Malang (TSKKM) untuk memperkenalkan dan memaparkan apa yang sudah dan sedang dikerjakan sampai saat ini, termasuk Respon tanggap darurat dan pemberdayaan masyarakat Lingkar Semeru dalam mengurangi risiko bencana.

Membangun Kesadaran
Sebagai lembaga yang diberi mandat oleh Uskup Malang untuk menjalankan respon kemanusiaan, tentu saja TSKKM tidak bisa bekerja sendirian. Kolaborasi dan kerjasama yang seimbang lintas Komisi dan tim kerja yang ada di Keuskupan Malang sangat diperlukan, termasuk membangun kesadaran solidaritas Kristiani di tingkat Paroki,” demikian disampaikan FX. Tri Wahyu Krisdianto (Frans) dari TSKKM.
Ketangguhan adalah isu yang terus dibangun ditengah masyarakat. Tidak hanya tangguh dalam menghadapi ancaman bencana, melainkan juga kemampuan untuk bertahan dan bangkit dari keterpurukan di masa pandemi covid-19. Lebih jauh, Frans menekankan, bahwa kestabilan ekonomi dan ketahanan pangan pada kelompok yang rentan, masyarakat terendah, keluarga, dan kelompok-kelompok usaha kecil yang dikelola bersama, merupakan wujud dari ketangguhan.
“Pendampingan dan pemberdayaan kolaboratif dalam kerangka kerasulan pastoral sangat diperlukan untuk membangun ketangguhan di seluruh wilayah Keuskupan Malang, yang meliputi 31 paroki dan 2 kuasi paroki,” lanjutnya.
Seluruh rangkaian kegiatan 2 hari ini dipimpin langsung oleh Ketua Komisi PSE Keuskupan Malang, RD. Tiburtius Catur Wibawa. Para peserta diajak untuk berproses bersama dan terlibat di semua sesi kegiatan, seperti Refleksi bersama gerakan PSE Paroki, Sosialisasi hasil Konpernas XXV PSE KWI, Pembahasan Program pemberdayaan PSE Paroki, Penyusunan bersama program per-Dekanat dan Penyusunan bersama program antar Komisi.

Selain TSKKM, hadir pula para ketua bidang (Kabid) Pelayanan dari 29 paroki serta 2 kuasi paroki di Keuskupan Malang. Pertemuan ini diikuti pula perwakilan dari 3 Komisi Keuskupan, yakni Lidwina Klara Milenia Putri (Komisi Kepemudaan), Sr. Alberta, PIJ dan Sr. Silvia, SSpS (Komisi Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan), dan Engelbertus Kukuh Widjatmoko (Komisi Kerasulan Awam) dan perwakilan dari Laudato Si Indonesia Cyrcle Malang, Kristien Yuliarti dan Kusuma Rina.
“Kesadaran bekerja sebagai bagian dari Gereja dan berkomitmen pada standar-standar yang telah ditetapkan, akan meningkatkan efektifitas pelayanan Konfederasi Caritas pada situasi-situasi darurat.” (Caritas Internationalis Protocol in Emergency Response)
No Comments