
07 Aug Caritas PSE Banjarmasin: Membangun Ketangguhan Masyarakat
Kalimantan Selatan sebagai salah satu provinsi yang kaya akan sumber daya alam dan berbagai potensi wisata juga memiliki beberapa potensi bencana, yang dapat berulang setiap tahun. Sebut saja banjir, tanah longsor, angin puting beliung, kebakaran hutan dan tentu bencana kabut asap. Kaderisasi manajemen penanganan bencana di wilayah Kalimantan Selatan pun terus dibangun.
Caritas PSE Keuskupan Banjarmasin mengadakan pelatihan sebagai upaya peningkatan kapasitas staf dan relawan dalam bidang Community Managed Disaster Risk Reduction (CM-DRR). Kegiatan ini terlaksana pada 24-29 Juli 2022 di Wisma Sikhar Banjarbaru, Kalimantan Selatan dan difasilitasi oleh Staf CM-DRR Caritas Indonesia, Ramiasi Novita (Achi).
“Saya berharap staf dan relawan dapat terus belajar tentang CM-DRR. Pengetahuan ini harus selalu diajarkan dan dibagikan agar masyarakat lebih paham dalam mengantisipasi segala kemungkinan yang mengancam keselamatannya. Masyarakat harus diajarkan dan disadarkan untuk siap, sigap, dan tanggap serta peduli atau peka sosial,” ujar Achi.

Ia berharap, pelatihan ini menjadi dasar yang baik bagi penguatan respon bencana dan Caritas PSE Banjarmasin dapat menjadi garda terdepan dalam penanganan bencana yang mungkin akan terjadi.
Menjadi Penggerak
Kemampuan untuk mendeteksi dan mengelola penanganan kebencanaan, penting dimiliki oleh staf dan relawan Caritas. Ketua Caritas PSE Banjarmasin, Pastor Damianus Ama Kii, mengatakan, Keuskupan Banjarmasin perlu mengenali potensi dan modal sosial dalam pena-nganan bencana di wilayah Kalimantan Selatan.
“Saya sangat bergembira dengan segala program Caritas, khususnya berkaitan dengan CM-DRR. Mengapa? Karena masyarakat atau Caritas PSE Keban (Keuskupan Banjarmasin) harus mampu memiliki instrumen untuk mendeteksi bahaya yang mengancam Kalimantan Selatan.”

Romo Dami menyadari, bahwa penanganan bencana memang harus berangkat dari kesadaran masyarakat atau komunitas, dan masyarakat pun sebenarnya memiliki kemampuan untuk membantu dirinya sendiri dalam situasi bencana. Ia berpendapat, yang paling penting adalah menggerakan masyarakat ini agar mereka berdaya dalam situasi bencana.”
“Melalui CM-DRR, peningkatan kapasitas semakin digalakkan karena bumi kita tidak sedang baik-baik saja, bumi kita adalah rumah kita yang harus kita jaga. Bencana adalah bahasa alam untuk menemukan keseimbangannya. Salam belarasa. Melayani dengan hati,” ujar Imam Diosesan Keuskupan Banjarmasin ini.

Vina dari Paroki Tanjung, mengungkapkan, bahwa pelatihan ini memberikan motivasi dan semangat kerelawanan dalam penanganan bencana. “Terima kasih untuk kebersamaan kita dan beberapa hari berkegiatan, dan penginapan yang sudah disediakan untuk kami dari Paroki Tanjung. Beberapa hari ini sangat luar biasa bagi saya.”
Upaya membangun kemampuan ketangguhan bencana sudah selayaknya menjadikan masyarakat “aktor utama” dan tidak sekadar “penerima manfaat”. Dengan dorongan, dukungan serta manajemen kebencanaan yang benar, masyarakat pun dapat digerakkan untuk menolong mereka sendiri.
No Comments