Langkah Awal Penemanan Keuskupan 2020 – 2022

 

Caritas Indonesia (KARINA) sebagai pemegang mandat dari Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) untuk menjadi animator, fasilitator dan koordinator dalam karya-karya sosial kemanusiaan di wilayah 37 keuskupan di Indonesia, pada 24-25 Februari 2020 yang lalu mengadakan pertemuan “Inisiasi Program Pendampingan Keuskupan”. Bertempat di kantor Caritas Indonesia, pertemuan ini diikuti oleh 5 perwakilan Caritas/PSE/lembaga keuskupan, yakni Bp. Robert Ifnu (Keuskupan Pangkal Pinang), Bp. Rudy Djong (Keuskupan Banjarmasin), Rm. Heribertus Hibau (Keuskupan Agung Samarinda), Sr. Juliva Motulo, DSY (Keuskupan Tanjung Selor), dan Rm. Clemens Joy Derry (Keuskupan Manado) serta 2 orang staf Caritas Indonesia, Donatus Akur dan Dhionisius Bambang Gumilang.

 

Suasana pertemuan “Inisiasi Program Pendampingan Keuskupan” (Photo: Caritas Indonesia)

 

Pertemuan dua hari ini merupakan tahap awal sebelum program penemanan keuskupan (Diocesan Accompaniment/DA) berjalan sepanjang tahun 2020 – 2022. Direktur Eksekutif Caritas Indonesia, Rm. Fredy Rante Taruk, menekankan bahwa Caritas adalah representasi wajah Gereja dalam pelayanan kemanusiaan bagi mereka yang paling lemah dan terpinggirkan.

 

Selain penjelasan tentang persiapan pelaksanaan program, pada pertemuan ini dibahas pula penguatan kapasitas lembaga Caritas di tiap keuskupan pada 3 hal mendasar, yakni identitas yang jelas, struktur organisasi yang kuat, dan konteks pelayanan yang terukur. Karena itu, sebagai bagian dari penguatan kapasitas manajemen, Rm Ewaldus (Komisi PSE – KWI) memberikan pembekalan materi tentang skema pendanaan proyek yang bisa diakses oleh keuskupan.

 

Rm. Ewaldus (Komisi PSE – KWI) berbagi pengetahuan tentang skema pendanaan proyek. (Photo: Caritas Indonesia)

 

Dinamika pertemuan berkembang ketika masing-masing peserta menyampaikan kendala utama yang dihadapi, terutama menyangkut ketersediaan sumber daya manusia (SDM). “Kami tidak memiliki banyak personil yang bisa bekerja di Caritas Keuskupan, kalaupun ada, itu pun akan merangkap jabatannya di komisi lain,” kata Suster Juliva Motulo, DSY. Hal yang sama juga disampaikan oleh Bp. Robert Ifnu dan Bp. Rudy Djong yang menyatakan, bahwa mereka yang terlibat di lembaga pro bono publico, juga memiliki perkerjaan tetap di luar keuskupan atau merupakan relawan paruh waktu.

 

Catatan dari pertemuan ini adalah, bahwa kendala ketersediaan sumber daya manusia, tidak boleh menghambat mandat pelayanan Belarasa pada mereka yang paling lemah dan terpinggirkan. Pelayanan Belarasa dalam program penemanan keuskupan 2020 – 2022,  akan diawali pada bulan April di Keuskupan Tanjung Selor dan akan diikuti oleh keuskupan lain secara bergantian.

No Comments

Post A Comment