Uskup: Mgr. Aloysius Maryadi Sutrisnaatmaka, MSF
Vikaris Jendral : RD. Silvanus Subandi
Sejarah Singkat
Hasil kesepakatan antara pihak Portugis dan Sultan Banjarmasin sekitar tahun 1687, mengijinkan seorang missionaris (Katolik) untuk tinggal dan menetap di Banjarmasin dan mendirikan Gereja. Pada 2 Pebruari 1688 seorang Pastor dari ordo Theatijn bernama Antonino Ventimiglia tiba di Banjarmasin.
Setelah tinggal beberapa lama di Banjarmasin, Pastor Ventimiglia melanjutkan perjalanan ke pedalaman bersama-sama dengan seorang putra Dayak yang dikenalnya. Mereka naik perahu yang dilengkapi altar untuk mempersembahkan korban misa menyelusuri sungai Barito dan masuk ke pedalaman sungai Kapuas.
Pada awal tahun 1935 Banjarmasin dikunjungi oleh pastor-pastor MSF dari Kalimantan Timur dan pada 21 Mei 1938, Prefektur Apostolik Banjarmasin berdiri. Sebelas tahun kemudian, status Prefektur Apostolik ditingkatkan menjadi Vikariat Apostolik dengan Vikaris Apostoliknya Mgr. J. Groen, MSF. Dari Banjarmasin inilah, karya misi melebarkan sayapnya ke pedalaman Kalimantan Tengah di kalangan suku Dayak. Mgr. Groen, MSF dipanggil Tuhan pada tahun 1953 dan pada 1954, diangkatlah Mgr. W. Demarteau, MSF untuk meneruskan pendahulunya.
Dengan data-data aktual tentang Kalimantan Timur yang dikumpulkan oleh Mgr. W. Demarteau, akhirnya Roma menyetujui pemisahan Kalimantan Timur dari Vikariat Apostolik Banjarmasin.
25 Februari 1955 Vikariat Apostolik Samarinda didirikan dan Mgr. W. Demarteau, MSF diangkat menjadi Administrator Apostolik sampai dengan empat bulan kemudian, pada 10 Juli 1955, P. J. Romeijn, MSF diangkat menjadi Vikaris Apostolik Samarinda yang pertama.
Setelah daerah misi di Kalimantan Timur resmi menjadi Vikariat Apostolik baru, dan terlepas dari Banjarmasin, maka Mgr. W. Demarteau, MSF lebih berkonsentrasi untuk mengembangkan misi di pedalaman Kalimantan Tengah secara Intensif.
Palangkaraya menjadi stasi pada 1963 atas usulan Gubernur pertama Kalimantan Tengah pada masa itu, Bapak Tjilik Riwut. Dari stasi ini, misi pelayanan Katolik melebar ke Kuala Kapuas, Kuala Kurun.
Dalam tahun 1965 dibuka karya Pastoral baru di daerah Barito Selatan yaitu wilayah Tamiang Layang dan Ampah. Perkembangan ini terus berlanjut terutama di pedalaman Kalimantan Tengah. Mgr. F.X. Prajasuta, MSF yang diangkat oleh Tahtah Suci pada tanggal 6 Juni 1983 dan ditahbiskan pada tanggal 23 Oktober 1983 untuk meneruskan pendahulunya.
Perkembangan kuantitas dan kualitas umat Keuskupan Banjarmasin pada awal tahun 1993 sangat menggembirakan. Mgr. F.X. Prajasuta MSF berkeinginan agar wilayah kegembalaannya dimekarkan menjadi dua keuskupan yakni Keuskupan Banjarmasin dan Keuskupan Palangkaraya.
Keinginan ini ditanggapi positif oleh Uskup-Uskup se Indonesia dan pada 14 Nopember 1992 atas dukungan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Nuntius (Duta Besar Vatikan di Jakarta) dikirimlah surat permohonan secara resmi kepada Tahta Suci.
Tahta Suci di Roma mengabulkan permohonan dan pada tanggal 5 April 1993 mengumumkan secara resmi berdirinya Keuskupan Palangkaraya. Mgr. Julius Aloysius Husin, MSF ditunjuk sebagai uskup pertama keuskupan Palangkaraya, dan ditahbiskan menjadi Uskup pada tanggal 17 Oktober 1993.
Dalam kepemimpinan Mgr. Husin, MSF, keuskupan yang baru ini mulai berbenah diri secara pelan-pelan. Setelah Mgr. Al. Husin, MSF meninggal pada 13 Oktober 1994, maka atas kesepakatan anggota Dewan Keuskupan, diangkatlah P. Martin M. Anggut SVD (Vikjend) sebagai Administrator Diosesan Palangkaraya.
Pada tanggal 26 Januari 1997, Mgr. Florensius Sidot, OFMCap ditunjuk sebagai Administrator Apostolik Keuskupan Palangkaraya dan menjabat selama kurang lebih 3 tahun dan diteruskan oleh P. Willibald Pfeuffer, MSF sebagai Administrator Diosesan.
Tahta Suci menunjuk Mgr. Aloysius M. Sutrisnaatmaka, MSF menjadi Uskup untuk Keuskupan Palangkaraya pada 14 Februari 2001. Upacara tahbisan Uskup diselenggarakan pada 7 Mei 2001 di Gereja Katedral St. Maria, Palangkaraya.
Informasi
Keuskupan Palangkaraya
Jalan Tjilik Riwut, Km 6, Palangkaraya 73112, Kalimantan Tengah