Uskup: Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC

Vikaris Jendral : P. Yustinus Hilman Pujiatmoko, Pr.

Sejarah Singkat

Pada tahun 1842 Prefektur Apostolik Batavia ditingkatkan menjadi Vikariat Apostolik dan tanggung jawab penggembalaan di Nusantara terlampau luas. Karena itu Vikariat Apostolik Batavia dibagi menjadi sepuluh wilayah independen yang ditangani oleh berbagai serikat religius. Awal Misi di Cirebon dan Priangan dimulai setelah imam-imam Jesuit dari Batavia mengembangkan misi di wilayah Jawa Barat bagian Timur.

Pada tahun 1878 dibangunlah Stasi Cirebon, dengan Pastor A.V. Moorsel, SJ sebagai pastor stasi, yang wilayahnya meliputi pula Tegal dan Priangan dan pada tahun 1880 diresmikanlah Gereja St. Yosef. Tidak terlalu lama sesudah pada tahun 1884 dibangun jalur kereta api Batavia-Bandung, dibangunlah Gereja St. Franciscus Regis di Bandung yang diberkati pada tahun 1895 (gereja ini kemudian beralih fungsi menjadi gedung pertemuan sosial sesudah dibangun Gereja St. Petrus, dan sekarang sudah tidak ada, sudah menjadi bagian dari gedung Bank Indonesia).

Umat Katolik pun berkembang di Bandung hingga pada tahun 1906, para suster Ursulin (OSU) datang untuk menyelenggarakan pelayanan pendidikan. Pada tahun 1907, Stasi Bandung dibentuk dan di Cimahi dibangunlah Gereja St Ignatius pada akhir tahun 1908 untuk melayani keluarga anggota militer Hindia Belanda dan di Garut dibangun Gereja St. Maria pada tahun 1917. Suster-suster Carolus Borromeus (CB) kemudian tiba di Bandung pada tahun 1921, dan segera mendirikan R.S. St. Borromeus.

Pada 9 Februari 1927, diadakan serah terima karya penggembalaan wilayah Jawa Barat bagian Timur dari para imam SJ kepada para imam Ordo Sanctae Crucis (OSC). Selanjutnya, pada tanggal 17 Agustus 1927 didirikanlah Heilige Kruis Stichting (Yayasan Salib Suci), yang di kemudian hari menyelenggarakan sekolah-sekolah dasar dan lanjutan di seluruh wilayah Keuskupan Bandung.

Pada tahun 1930 datanglah para Bruder St. Aloysius (asal Oudenbosch, Negeri Belanda) di Bandung dan mendirikan sekolah MULO (sekolah menengah pertama). Melihat perkembangan karya misi di sebelah Timur Bandung maka dibangunlah Gereja Salib Suci yang diberkati pada tahun 1929, lalu Gereja Hati Kudus Yesus di Tasikmalaya dan Gereja Antonius di Cicalengka pada tahun 1931.

Pada waktu itu yang mendampingi para imam untuk mengurusi sekolah-sekolah itu adalah orang-orang Sunda yang ternama, seperti Rd. Agah Suriawinata (suami Pahlawan Nasional Rd. Dewi Sartika). Rd. Agah Suriawinata adalah guru pertama di Schakelschool di Daendels Weg (Jalan Jakarta). Juga ada Rd. Hadji Djuhari yang dipercaya oleh Pastor Goumans untuk menjadi kepala sekolah hingga putera-puteri Sunda tidak takut memasuki sekolah-sekolah Katolik.

Di samping itu, ada Rd. Adung Suriadilaga, sesepuh Kabupaten Bandung yang memegang sejarah Keluarga Besar Wiranata Kusumah. Rd. Adung banyak mencurahkan tenaga dan pikiran demi kemajuan Standaardschool Cibangkong.

Pada tanggal 20 April 1932, Paus Pius XI mengangkat karya misi di Jawa Barat bagian Timur menjadi Prefektur Apostolik Bandung dan mengangkat Pastor J.H. Goumans, OSC menjadi Prefek Apostolik. Melihat perkembangan yang terjadi, pada tahun 1942 Vatikan meningkatkan status Prefektur Apostolik Bandung menjadi Vikariat Apostolik Bandung. Selanjutnya, pada tahun 1962 status Vikariat Apostolik Bandung ditingkatkan menjadi Keuskupan Bandung.

Hingga kini enam Uskup telah menggembalakan Umat Katolik Keuskupan Bandung, mereka adalah Mgr. J.H. Goumans, OSC (1932-1952), Mgr. P.M. Arntz, OSC (1952-1984), Mgr. A. Djajasiswaja (1984-2006),  Mgr. J. Pujasumarta (2008-12 November 2010), Mgr. Ign. Suharyo sebagai Administrator Apostolik (November 2010 – Juni 2014) dan Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC (3 Juni 2014 – sekarang).

Informasi

Keuskupan Bandung

Jl. Jawa 26, Bandung 40113, Jawa Barat.

Ikuti Kami

May 2023
M T W T F S S
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
293031