CARITAS BERPIHAK PADA KAUM PAPA DAN YANG PALING RENTAN

 

 

Tanggal 12 Desember 2021, Caritas Internationalis (CI) akan merayakan hari jadinya yang ke-70. Dalam wawancara dengan media Vatican, Sekretaris Jenderal CI, Aloysius John menyatakan pentingnya peringatan ini terkait mendesaknya berbagai tantangan yang dihadapi oleh Konfederasi Caritas di masa pandemi dan strategi paska-pandemi.

 

Caritas Internationalis lahir beberapa tahun setelah berakhirnya Perang Dunia II. Nilai-nilai apa yang menopang Konfederasi Caritas hingga bertahan sampai sekarang ini?

Caritas Internationalis lahir sebagai “tangan yang peduli dan penuh kasih” dari Gereja untuk melayani dan mengangkat pribadi manusia dan, khususnya, kaum papa, yang terpinggirkan, dan yang paling rentan dalam masyarakat. Selama 70 tahun ini, Konfederasi Caritas telah dituntun oleh nilai-nilai dasariah, seperti perlindungan martabat manusia, hak-hak asasi, dan keadilan sosial. Nilai-nilai ini selalu menjadi dasar pekerjaan Caritas, yang terus berlanjut selama bertahun-tahun mengikuti tanda-tanda zaman dan perkembangan yang berkelanjutan untuk melayani sesama kita yang membutuhkan dengan lebih baik. Inti dari misi kami adalah, dan akan selalu, berjumpa dengan kaum papa, seperti yang juga diingatkan oleh Paus Fransiskus pada tahun 2019 dalam General Assembly. “Seseorang tidak dapat menghidupi amal kasih tanpa memiliki hubungan interpersonal dengan kaum papa. Karena dengan hidup bersama mereka, kita belajar untuk mempraktekkan amal kasih dalam semangat kemiskinan. Kita belajar bahwa beramal kasih adalah berbagi.”

 

Paus Pius XII bersama para konstituen Sidang Umum Caritas Internationalis yang pertama, Desember 1951 (Foto: Caritas Internationalis).

 

Dalam 70 tahun ini, Caritas Internationalis telah hadir dalam semua keadaan darurat kemanusiaan berskala besar. Apa tantangan terbesar yang Caritas hadapi saat ini di dunia yang ditandai dengan transformasi yang cepat dan intensif?

Kerja-kerja kemanusiaan telah berubah secara signifikan sejak tahun 1951, dan sekarang ini kita dihadapkan pada krisis yang kompleks dan berlangsung lama, baik secara alami maupun karena ulah manusia. Pertikaian politik, perang, dan konflik-konflik keagamaan bercampur dengan efek perubahan iklim yang mengakibatkan peningkatan dramatis dalam hal pengungsian dan hilangnya tempat tinggal. Kita juga menghadapi ketidaksetaraan yang parah serta munculnya bentuk-bentuk baru kemiskinan dan kerentanan. Di saat kita terus melayani dan menemani mereka yang terdampak penderitaan seperti itu, kita menghadapi tantangan untuk tetap menumbuhkan rasa solidaritas dalam masyarakat modern. Di sisi lain, dalam menghadapi penderitaan manusia yang luar biasa, tantangan yang paling mendesak adalah memobilisasi sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan misi Caritas.

 

COVID-19 juga membebani kegiatan-kegiatan amal kasih dan misi kemanusiaan. Bagaimana Caritas Internationalis menghadapi krisis ini, dan bagaimana persiapannya untuk masa paska-pandemi?

Konfederasi kita menghadapi krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang membuat hampir semua Caritas di seluruh dunia terlibat dalam merespon pandemi ini. Dukungan konkret dan harapan datang dari Bapa Suci yang ingin memasukkan Caritas Internationalis ke dalam Komisi COVID-19 Vatican. Atas perintah Paus dan bekerjasama dengan Departemen Promosi dan Pengembangan Integral Manusia (Dicastery for the Promotion of Integral Human Development), kita menyiapkan dana untuk mendukung 40 proyek Caritas. Sikap solidaritas ini telah memotivasi para aktor lokal lainnya untuk bergabung dengan Caritas dalam memberikan dukungan. Di Bangladesh, misalnya, pemilik restoran Muslim mendukung organisasi Caritas setempat dengan menyumbangkan makanan bagi para pengungsi. Respon cepat pada keadaan darurat itu secara bersamaan disertai dengan adanya refleksi akan masa depan. Dan didorong oleh ajakan Paus Fransiskus untuk ‘memikirkan masa depan baru paska-pandemi’, kita telah menciptakan sebuah wadah pemikiran untuk merenungkan, bagaimana karya Caritas akan dipengaruhi oleh satu kenyataan yang baru.

 

Relawan jaringan nasional Caritas Indonesia dari paroki-paroki di Dekenat Jakarta Selatan terlibat dalam respon pandemi Covid19 (Foto Caritas Indonesia).

 

Gereja secara global terlibat dalam proses sinode yang diinginkan dan diprakarsai oleh Paus Fransiskus. Apa kontribusi yang dapat ditawarkan oleh Caritas Internationalis?

Paus Fransiskus menekankan bahwa dalam proses sinode yang melibatkan seluruh Gereja, mendengarkan adalah poin pertama. Kemampuan untuk membayangkan satu masa depan baru bagi Gereja, sebagian besar sangat bergantung pada dimulainya proses mendengarkan, dialog, dan mencerna kebijaksanaan secara bersama. Oleh karena itu, Caritas Internationalis dapat membantu untuk merefleksikan dalam komunitas-komunitas Gereja di tingkat akar rumput dan di paroki-paroki, pertama dan terutama dengan mempromosikan dialog dan solidaritas dengan yang paling rentan di wilayah mereka.

 

Apa yang akan menjadi fokus Caritas Internationalis di tahun-tahun mendatang? Apakah ada kampanye tertentu yang Anda luncurkan untuk peringatan ini?

Pandemi ini telah menunjukkan bahwa kita semua akan menjadi semakin rentan tanpa mempedulikan kemanusiaan dan Ciptaan. Dunia saat ini membutuhkan lebih dari sekedar pertobatan hati dan pikiran yang radikal, namun juga proses rekonsiliasi dengan Alam. Saat Caritas melaksanakan berbagai karya amal kasih, secara khusus juga berkomitmen untuk mempromosikan peradaban kasih dan kepedulian pada kemanusiaan (one human family) serta Rumah Bersama kita (one common home). Inilah poin-poin dasar kampanye global yang akan kita luncurkan pada peringatan ulang tahun nanti dan akan berlangsung hingga 2024.

 


Sumber tulisan:

https://www.vaticannews.va/en/church/news/2021-10/caritas-internationalis-always-on-the-side-of-the-poor.html

No Comments

Post A Comment