Ketua KWI: Tanpa Caritas, Gereja Tidak Menarik

BATAM – Pertemuan Jaringan Nasional Caritas Indonesia (KARINA -KWI) tahun 2023 diadakan di Beverly Hotel Batam, Kepulauan Riau, 22-26 Mei 2023.

Pertemuan ini dihadiri  Jaringan Nasional Caritas Indonesia, komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) dari berbagai keuskupan dan para mitra dan keluarga Caritas baik dalam maupun luar negeri.

Hadir juga dalam pertemuan ini Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Mgr. Antonius Subianto Bunjami, OSC; bersama beberapa presidium KWI di antaranya: Uskup Pangkal Pinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM; Uskup Bogor, Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM; Uskup Emeritus Palembang, Mgr. Aloysius Sudarso, SCJ; Uskup Sintang, Mgr. Samuel Oton Sidin, OFM.Cap; Uskup Denpasar, Mgr. Silvester San; Uskup Ketapang, Mgr. Pius Riana Prapdi; Uskup Sibolga, Mgr. Fransiskus Tuaman Sasfo Sinaga; Uskup Palangkaraya, Mgr. Aloysius Maryadi Sutrisnaatmaka, MSF; Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat; dan Uskup Weetebula, Mgr. Edmund Woga, CSsR.

Dalam sambutan pembukaan, Mgr. Subianto menekankan peran Caritas dalam gerakan kemanusiaan. Baginya Gereja perlu melayani kemanusiaan. Perlu mengembangkan semangat belarasa yang inklusif mengatasi perbedaan agama, suku, asal-usul, dan budaya. “Pelayan utama Caritas adalah pelayanan sosial kemanusiaan.

Keterlibatan dalam kemanusiaan adalah keharusan. Hal ini sejalan dengan semangat cinta kasih sebagai visi keberpihakan Gereja,” ungkapnya.

Mgr. Subiyanto berharap agar pelayanan Caritas meneladani semangat misi dari Yesus sendiri yang hadir memberi perhatian kepada mereka yang kecil dan tak berdaya (Deus caritas est). “Sebab tanpa Caritas, Gereja tidak menarik. Gereja tidak lagi menjadi jantung kemanusiaan bagi mereka yang kecil, lemah, miskin, dan difabel.”

Tak lupa Mgr. Subianto juga menegaskan posisi KWI terkait kasus Romo Chrisanctus Paschalis Saturnus yang beberapa waktu lalu dilaporkan terkait dugaan kasus Pekerja Migran Indonesia. “Saya sudah berkoordinasi dengan banyak pihak. Terkait situasi ini, KWI memastikan siap berdiri di belakang Romo Paschal untuk memutuskan mata rantai perdagangan manusia. Demi kemanusiaan, Gereja tidak lepas tangan,” sebutnya.

Senada dengan Uskup Subianto, Ketua Badan Pembina Caritas Indonesia, Mgr. A.M Sutrisnaatmaka, MSF mengatakan semangat Deus caritas est harus ditindaklanjuti dalam perbuatan nyata, tidak sebatas kata-kata demi keutuhan ciptaan.

Ia meminta supaya, Caritas harus menjadi penjaga pintu kemanusiaan. Sebab saat ini ada begitu banyak masalah kemanusiaan, maka butuh partisipasi semakin banyak orang. Kita butuh pioner-pioner kemanusiaan.

Sementara itu, Romo Fredy Rante Taruk mengatakan Batam menjadi tempat pelaksanaan acara karena Kota Batam adalah tempat transit dan dengan begitu kemungkinan berbagai persoalan kemanusiaan bisa muncul. “Batam dipilih menjadi tempat pertemuan sebagai bentuk dukungan Gerja Katolik Indonesia terkait tema migran, pengungsi, dan anti perdagangan manusia,” sebut Romo Fredy.

Pertemuan Jaringan Nasional Caritas Indonesia (Karina-KWI) ini mengambil tema, “Kerja Sama dalam Persaudaraan demi Keutuhan Ciptaan”. Terkait tema ini, Ketua Badan Pengurus, Mgr. Aloysius Sudarso, SCJ menyebutkan kehadiran Caritas memperluas pandangan terkait persoalan sosial kemanusiaan. Terkhusus di Kota Batam sebagai pintu masuk persoalan perdagangan manusia, Mgr. Sudarso berharap Gereja perlu berjalan bersama merancang program yang merangkul, mengajak semakin banyak orang berjalan bersama memperhatikan mereka yang miskin, lemah, dan tak berdaya.

Pertemuan Jaringan Nasional Caritas Indonesia (Karina-KWI) dibuka dengan Misa syukur di Gereja Paroki St. Petrus, Lubuk Baja, Batam, Selasa, (23/5/2023). Misa syukur ini dipimpin Mgr. Subianto bersama 9 uskup dan puluhan romo baik peserta pertemuan maupun para romo yang bertugas di paroki sekitar Kota Batam.

 

Caritas Indonesia

 

 

No Comments

Post A Comment