Semangat Pelokalan dalam Pelaksanaan Program

CUGENANG, FEBRUARI 2023. Wajah-wajah cerah menyembul dari balik tenda-tenda pengungsian di Desa Sarampad, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur. Beberapa menit sebelumnya tersiar kabar dari mulut ke mulut  bahwa air jernih telah berhasil dialirkan dari sumur bor yang belum selesai dikerjakan tak jauh dari lokasi pengungsian mereka, di dusun Tegal Panjang RT01/RW06. Beberapa warga berduyun-duyun mendatangi lokasi pengeboran dan dengan gembira berusaha meraih kucuran air jernih yang mengalir dari pipa yang belum tersambung. Harapan kembali membuncah dan tak sedikit dari mereka yang membisikkan ucapan syukur karena sejak gempa dahsyat mengguncang Cianjur pada 21 November 2022 lalu, desa mereka menjadi porak poranda  dan pasokan air bersih tersendat akibat menghilangnya badan air dari sumur-sumur warga dan satu-satunya mata air di ujung desa tertimbun tanah longsor. Pada mulanya warga mengandalkan bantuan air bersih dari pemerintah dan beberapa lembaga kemanusiaan. Namun sejak masa tanggap darurat berakhir, bantuan air bersih untuk desa mereka pun terhenti. Akibatnya warga terpaksa harus memanfaatkan air parit yang tidak layak untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari, sehingga banyak memunculkan masalah kesehatan karena buruknya kebersihan diri dan sanitasi lingkungan.

Oleh karena itu Biro Caritas Bogor bersama dengan Jaringan Nasional Caritas Indonesia, melalui program Rapid Respon Bencana Gempa Cianjur, merasa sangat perlu untuk melakukan intervensi di sektor WASH. Selain mendistribusikan empat paket bantuan untuk 350 KK yang berupa  alat pertukangan, shelter kit, peralatan masak, dan hygiene kit, Caritas juga mengupayakan penyediaan air bersih yang akan dimanfaatkan oleh sekitar 500KK di wilayah desa Sarampad. Program penyediaan air bersih ini terdiri dari revitalisasi sumber mata air beserta instalasinya, dan pembangunan sumur bor dan menara air di 7 titik yang tersebar di 5 RT di desa tersebut.

Warga kampung Tegal Panjang turut terlibat dalam pembangunan menara penampungan air

Kegiatan ini diawali dengan kajian menyeluruh terhadap titik-titik air bersih yang potensial dan juga melakukan observasi sumber air beserta instalasinya, kemudian dilanjutkan dengan analisa kebutuhan untuk menjalankan program ini. Berikutnya, melalui beberapa kali dialog dengan tokoh-tokoh masyarakat dan perwakilan warga terdampak, tim kajian menentukan titik-titik pengeboran dan teknis perbaikan sumber air yang kemudian juga di ikuti dengan perencanaan yang matang terkait waktu pengerjaan beserta tenaga kerja yang di perlukan.

Maximilianus Tedjo, koordinator lapangan kegiatan ini, mengungkapkan bahwa warga dan perangkat desa sangat mendukung upaya Caritas untuk pemenuhan kebutuhan air bersih bagi warga di desa mereka.

“Warga selalu terlibat aktif, mulai dari tahapan perencanaan, kelengkapan dokumen, maupun pada saat pengerjaan, mengingat pentingnya manfaat yang akan mereka dapatkan dari kegiatan ini,” ujarnya.

Keterlibatan warga sangat terasa pada kegiatan revitalisasi sumber air karena seluruhnya dikerjakan oleh warga setempat, mulai dari pembuatan bak penampungan utama di titik mata air, instalasi pipa, maupun pembangunan bak filtrasi, dan bak distribusi. Pada tahap pengerjaan yang menggunakan  sistem cash for work maupun gotong royong, tim Caritas selalu melakukan pendampingan untuk memastikan kualitas hasil yang sesuai dengan standar instalasi air bersih yang berkelanjutan.

Menurut Abah Uloh, tokoh masyarakat yang merelakan lahannya sebagai lokasi bak distribusi, program ini nantinya akan dapat memenuhi kebutuhan air bersih di kampungnya sehingga penyakit-penyakit yang berhubungan dengan sanitasi dapat ditekan dan dicegah. 

“Karena itu saya selalu menghimbau warga untuk turut berperan aktif, membantu tim Caritas pada saat pengerjaannya, dan merawat dengan baik bantuan dari Caritas ini demi lancarnya ketersediaan air bersih bagi semua warga,” kata Abah Uloh.

Pada kegiatan pengeboran sumur, tim Caritas sepakat menggunakan kontraktor lokal dibantu dengan warga setempat pada saat pengerjaannya. Sesuai kajian awal, pengeboran dilakukan di 7 titik yang tersebar di 5 RT di desa Sarampad. Masing-masing sumur bor  dilengkapi dengan pompa air submersible berkekuatan ¼ PK sehingga mampu menghasilkan debit air hingga 8,5L/menit atau 0.135L/detik. Sebelum didistribusikan ke rumah-rumah warga, air tanah ditampung dalam tandon-tandon air berkapasitas 2000 liter dengan menara setinggi 2 meter yang tersebar di 7 titik pengeboran, sehingga dapat menjangkau rumah warga sampai ke titik terjauh. Selain rumah-rumah warga, air bersih yang dihasilkan juga menjangkau kebutuhan di semua fasilitas umum, seperti masjid, mushalla, dan madrasah.

Berdialog dengan tokoh masyarakat dan warga terdampak untuk menentukan titik-titik air dan lokasi menara air

Hingga saat ini pengerjaan program pengeboran sumur maupun revitalisasi sumber air telah mencapai 75%. Air bersih telah berhasil dialirkan dari 4 titik pengeboran dan menara-menara penampungan air bersih di 7 lokasi sedang dalam proses pengerjaan. Sedangkan pembangunan bak utama, bak filtrasi, beserta bak distribusi pada program revitalisasi mata air masih dalam tahap finishing. Sementara itu pemasangan pipa dari bak utama menuju bak filtrasi sepanjang 275 meter akan selesai dalam waktu dekat. Dalam beberapa hari ke depan, keseluruhan program penyediaan air bersih yang  berkelanjutan bagi warga Desa Sarampad telah selesai dan warga diharapkan dapat segera merasakan manfaatnya. Semoga apa yang sedang dan akan diupayakan ini dapat meringankan beban warga yang terdampak bencana sehingga dapat segera beraktivitas secara lebih layak dan bangkit dari keterpurukan akibat bencana yang mereka alami. Biro Caritas Bogor yang didukung oleh Jaringan Nasional Caritas Indonesia merasa terhormat dapat melayani dan memberi harapan akan kehidupan yang lebih baik bagi warga terdampak, khususnya di Desa Sarampad, Kecamatan Cugenang, Cianjur. Semoga semangat cinta kasih dan bela rasa yang di wujudkan dalam kegiatan ini dapat menghadirkan wajah Gereja yang berbela rasa di tengah masyarakat yang terdampak bencana. (mdk)

 

Oleh: Wahyu Wijaya

2 Comments
  • Arianto
    Posted at 21:05h, 10 February Reply

    Mungkin Karina juga perlu berkoordinasi dengan cluster AMPL dimana para lembaga kemanusiaan melakukan koordinasi dan kolaborasi, untuk di desa Sampai terdapat beberapa lembaga yg bekerja untuk sektor air bersih diantaranya Mercy Corps Indonesia, Yayasan Project HOPE, yayasan Sheep, ARM, dan ASB.

    • Caritas Indonesia
      Posted at 20:01h, 23 March Reply

      Terima kasih Pak Arianto atas saran yang diberikan. Salam Belarasa.

Post A Comment