
24 Mar Kebersamaan dalam Pewartaan
Niat, praktek, dan bekerja bersama itulah 3 kata kunci yang bisa ditarik dari webinar yang diadakan oleh Caritas Indonesia (KARINA) bekerjasama dengan Komisi Komunikasi Sosial, Konferensi Waligereja Indonesia (Komsos KWI). Diikuti oleh 68 peserta dari berbagai Keuskupan di Indonesia, webinar yang diselenggarakan pada Kamis (24/02/2022) ini menghadirkan 3 narasumber yang sangat kompeten di bidangnya masing-masing dan mengangkat topik “Pewartaan Karya Pelayanan Caritas Melalui Kemampuan Menulis yang Lebih Baik.”
Direktur Eksekutif Caritas Indonesia, Rm. Fredy Rante Taruk, dalam sambutan pembuka kegiatan ini menyatakan harapannya agar kegiatan ini bermanfaat untuk mendukung pewartaaan karya-karya pelayanan Caritas di Indonesia. Dr. Lidya Wati Evelina dari Universitas Bina Nusantara, sebagai narasumber pertama menekankan bahwa untuk menghasilkan karya tulis diperlukan niat dan praktik langsung. Sebagai seorang akademisi, Lidya menekankan perlunya menganalisa dan menentukan target pembaca tulisan yang akan dibuat. Creative writing menjadi ulasan utama dimana untuk memulai sebuah tulisan, tidak cukup hanya dengan imajinasi namun perlu juga melakukan riset atau observasi. Kemudian dengan kreatifitas penulis, dengan menggabungkan fakta dan ide, tulisan yang baik akan dihasilkan.

menekankan bahwa untuk menghasilkan karya tulis diperlukan niat dan praktik langsung. Sebagai seorang akademisi, Lidya menekankan perlunya menganalisa dan menentukan target pembaca tulisan yang akan dibuat. Creative writing menjadi ulasan utama dimana untuk memulai sebuah tulisan, tidak cukup hanya dengan imajinasi namun perlu juga melakukan riset atau observasi. Kemudian dengan kreatifitas penulis, dengan menggabungkan fakta dan ide, tulisan yang baik akan dihasilkan.
Gabriel Abdi Susanto, yang saat ini terlibat dalam Satgas Covid-19 Bidang Komunikasi Publik, membagikan pengalamannya dari sisi jurnalistik. Menurutnya, untuk menarik perhatian pembaca, satu tulisan harus dapat menampilkan leading paragraf yang berisi 5W+1H atau rangkuman isi tulisan sendiri. Bahasa pun memakai pilihan kata yang lugas dan tertata dalam kalimat yang sederhana. Salah satu pesan penting dalam presentasinya adalah bahwa berita harus objektif dan berdasarkan fakta, tidak boleh memasukkan opini penulis. Angle atau sudut pandang yang tepat dalam penulisan berita pun ditekankan oleh Abdi. Sementara Astrid Savitri, seorang penulis buku dan fasilitator untuk bidang penulisan membagikan pengalamannya tentang bagaimana menulis Feature dan mempublikasikannya di media digital. Senada dengan Lidya, Astrid pun menekankan perlunya riset atau perencanaan sebelum mulai menulis. “Untuk media digital, kebanyakan orang hanya membaca tak lebih dari 2 menit, maka pakailah kalimat efektif,” ujar Astrid. Namun demikian, Astrid juga menyampaikan bahwa Feature yang baik mampu menjaga perhatian pembaca dari awal hingga akhir dan meninggalkan kesan pada pembaca.

Terlepas dari jenis tulisan yang dipilih, dari ketiga narasumber dapat disimpulkan bahwa untuk menarik pembaca masuk dalam tulisan dan menangkap pesan yang disampaikan pada satu tulisan maka sebaiknya menggunakan bahasa yang sederhana, menyentuh human interest, dan bersentuhan langsung dengan kehidupan nyata manusia sehingga tidak hanya menarik perhatian namun juga mengundang keterlibatan. Dalam sambutan penutup kegiatan, Sekretaris Eksekutif Komsos KWI, Rm. Anthonius Steven Lalu menantang semua peserta dengan satu pertanyaan, yakni: “Setelah webinar ini lalu what next? Dan itu terjawab dengan mulailah menulis, menulis, dan menulis.”
No Comments