
09 Sep Catatan dari Mamuju: Monitoring Proyek AO 2021/007
Sejak merespon bencana gempabumi yang terjadi di Sulawesi Barat pada 14-15 Januari 2021, Caritas Indonesia bersama Caritas Keuskupan Agung Makassar (Camar) sudah membuka Pos Layanan Kemanusiaan yang berlokasi di Paroki St. Maria Ratu, Mamuju. Setelah melewati masa respon tanggap darurat selama 2 bulan, kegiatan kemanusiaan kemudian berlanjut dengan program rehabilitasi dan rekonstruksi paska bencana gempa Mamuju, dan selanjutnya dikenal sebagai Proyek AO- 2021/007.
Selain dari sumbangan pribadi, pendanaan proyek kemanusiaan ini berasal dari jaringan nasional Caritas Indonesia, Caritas Italiana, dan Caritas Australia, serta donasi umat melalui Keuskupan Agung Makassar.

Perjalanan menuju lokasi pembangunan hunian di Desa Botteng, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. (Foto: Caritas Makassar/Caritas Indonesia)
Fokus kegiatan proyek ini adalah pembangunan 140 unit hunian tetap (huntap), yang tersebar di Desa Botteng dan Takandeang, pembangunan 1 unit bangunan PAUD di Desa Rantedoda, pelatihan Community Managed Disaster Risk Reduction (CMDRR) pada 3 komunitas dampingan, peningkatan kapasitas relawan dan penguatan kapasitas lembaga Caritas PSE Keuskupan Agung Makassar.
Proyek kemanusiaan berdurasi 12 bulan ini harus ditata dengan baik, dan untuk mengetahui sudah sejauh mana perkembangan berlangsung maka, pada tanggal 23 – 25 Agustus 2021, Caritas Indonesia bersama dengan Caritas Keuskupan Agung Makassar melakukan rangkaian kegiatan, baik di lokasi proyek maupun di kantor Layanan Kemanusiaan di Mamuju.

Dalam monitoring ini, Rm. Fredy juga memeriksa kualitas material yang dipakai untuk membangun hunian. (Foto: Caritas Makassar/Caritas Indonesia)
Mereka yang hadir dalam kegiatan tersebut adalah Rm. Fredy Rante Taruk (Direktur Eksekutif Caritas Indonesia), P. Joni Payuk, CICM (Vikjen Keuskupan Agung Makassar), Rm. Bernard Cakra Arung Raya (Direktur Caritas Keuskupan Agung Makassar), Rm. Samson Bureny (Vikep Sulawesi Barat), Rm. Viktor Wiro Patinggi (Pastor Paroki Mamuju) dan para staf dari Pos Layanan Kemanusiaan yang merupakan anggota Jaringan Nasional Caritas Indonesia.
Rangkaian kegiatan diawali dengan kunjungan langsung ke lokasi proyek di Desa Botteng dan Desa Takandeang, untuk berdialog dengan para penerima manfaat dan mencermati kualitas material barang-barang bantuan. Hari berikutnya, kegiatan dilanjutkan dengan lokakarya review kuartal pertama atas Proyek AO-2021/007. Tujuan khusus lokakarya ini adalah melakukan evaluasi pada semua proses yang telah berlangsung selama ini dan mengantisipasi kendala yang akan muncul di tahapan berikutnya.

Rm. Fredy dan Tim Caritas Keuskupan Agung Makassar bersama Keluarga Bp. salah satu keluarga penerima manfaat di Desa Botteng. (Foto Caritas Makassar/Caritas Indonesia)
Sejumlah catatan penting yang muncul dari pertemuan ini di antaranya adalah bahwa karya belarasa Caritas di Mamuju sungguh telah menjadi wujud nyata kehadiran Gereja dalam respon kemanusiaan, dan Caritas Keuskupan Agung Makassar telah berperan dengan baik sejak gempa terjadi hingga kini.
Catatan lain yang membanggakan adalah bahwa Caritas selalu merespon kebutuhan dasar masyarakat setempat dengan tetap menghormati kearifan lokal dan bekerjasama dengan pemerintah dan pemangku kepentingan setempat. Komunikasi partisipatif terjalin dengan baik antara Caritas dan para penerima manfaat, termasuk dalam memprioritaskan kelompok-kelompok rentan dan berkebutuhan khusus yang merupakan perwujudan dari semangat subsidiaritas. Selain itu, Caritas menghargai dan menjunjung tinggi martabat masyarakat setempat dengan menempatkan mereka sebagai subyek, bukan obyek pembangunan kesadaran.

Pertemuan dengan kepala desa dan kelompok dampingan di Desa Rantedoda. (Foto: Caritas Makassar/Caritas Indonesia)
Pada komunitas-komunitas dampingan, selain simulasi bencana, perlu juga dilakukan langkah-langkah mitigasi dan menyiapkan jalur evakuasi dan membangun kesadaran bencana untuk anak-anak dalam wujud pengurangan risiko bencana berbasis sekolah (PRBBS). Prosedur Standar Operasi (SOP) pembangunan shelter juga perlu disusun segera, sebagai panduan teknis untuk kualitas material dan sistem kerja yang akan diterapkan di lokasi-lokasi proyek rekonstruksi.

Caritas bukanlah LSM sebagaimana dipahami banyak orang pada umumnya. (Foto: Caritas Makassar/Caritas Indonesia)
Namun, terlepas dari semua standar teknis sebuah bangunan rumah yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan proyek bantuan kemanusiaan kepada masyarakat yang terdampak, Direktur Eksekutif Caritas Indonesia mengingatkan kita, bahwa Caritas bukanlah LSM sebagaimana dipahami banyak orang pada umumnya. Caritas adalah lembaga sosial-pastoral kemanusiaan yang terintegrasi dengan Gereja Katolik sebagai satu kesatuan.
No Comments