
21 Aug Pelatihan MEAL Caritas PSE Manado: Menjadi Caritas yang Makin Akuntabel
Mereka yang peduli pada orang-orang yang membutuhkan, pertama-tama harus kompeten secara profesional: mereka harus dilatih dengan baik tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya dan berkomitmen untuk menjaga kepedulian tersebut. (Paus Benediktus XVI, Deus Caritas Est, 31.a)
Organisasi-organisasi Caritas terus berusaha meningkatkan standar manajemen agar semakin efisien merespon kebutuhan akan pelayanan yang berkualitas pada mereka yang hidup dalam kemiskinan, yang terpinggirkan, dan yang rentan. Caritas mendukung pelatihan para staf dan relawan, yang berfokus pada pengetahuan, keterampilan profesional dan pastoral dalam beragam kebudayaan.
Salah satu tolok ukur keberhasilan suatu program kemanusiaan adalah tercapainya akuntabilitas dan untuk mencapainya, maka sistem MEAL (monitoring, evaluation, accountability, learning) perlu dijalankan agar program itu dapat dipertanggungjawabkan. Caritas PSE Manado bersama Caritas Indonesia, pada 19 Agustus 2021, telah mengadakan pelatihan MEAL bagi para staf Proyek EA 06/2021 di Kantor Caritas PSE Manado, Palu, Sulawesi Tengah.

Staf Proyek EA-06/2021 yang mengikuti pelatihan di kantor Caritas PSE Manado (Foto: Caritas PSE Manado/Caritas Indonesia)
Antonius Eko Sugiyanto, fasilitator dari Caritas Indonesia, mengatakan bahwa MEAL ini berjalan beriringan dengan berlangsungnya program yang dilaksanakan. Evaluasi pada setiap tahapan program dapat dilakukan, dan apabila terjadi kekeliruan dapat segera dilakukan perbaikan.
“Selama ini terjadi, bahwa fungsi MEAL ini tidak disadari sebagai bagian penting dari program. Sehingga pelaksanaannya hanya sebagai pelengkap dari program dan tidak berperan penting dalam berjalannya program,” ujar MEAL Officer Caritas Indonesia ini.
Pada tahap monitoring, setiap staf yang bertugas diharapkan berpegang pada etika-etika MEAL. Hal ini misalnya, staf harus menjaga kerahasiaan data yang ia peroleh. “Data yang didapat adalah rahasia, tidak sembarangan. Proses MEAL harus dijalankan dengan menjaga privasi dari pemilik data.”

Antonius Eko Sugiyanto menjelaskan proses MEAL (Foto: Caritas PSE Manado/Caritas Indonesia)
Sementara itu, Ishak Sonlay mengatakan, bahwa penyusunan MEAL Plan, harus berpedoman pada kerangka kerja program (logframe). Dari logframe inilah, dapat ditarik pertanyaan-pertanyaan untuk proses pengumpulan data. “Penyusunan MEAL Plan ini harus cermat dan mencakup keseluruhan program,” ujar Staf Diocesan Accompaniment Caritas Indonesia ini.

Ishack Sonlay menjelaskan penyusunan logframe. (Foto: Caritas PSE Manado/Caritas Indonesia)
Ishak menuturkan, penyusunan MEAL Plan juga disesuaikan dengan data yang ingin dihasilkan. Data kualitatif dan kuantitatif memiliki pertanyaan yang berbeda. Staf yang bertanggung jawab, diharapkan menyusun pertanyaan-pertanyaan yang komprehensif dan mampu menampung data dari penerima manfaat.
Dengan demikian, kita mengingat apa yang ditulis Paus Benediktus dalam Deus Caritas Est, bahwa kerja kemanusiaan itu “…. selalu membutuhkan sesuatu yang lebih dari sekadar kepedulian yang secara teknis sudah tepat.” Mereka membutuhkan kemanusiaan dan perhatian yang tulus. (aes/mdk)
No Comments