TANGGAP DARURAT GUNUNG MERAPI (LEVEL3)

 

PROGRAM : TANGGAP DARURAT GUNUNG MERAPI (LEVEL3)
LOKASI : PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA & PROVINSI JAWA TENGAH, INDONESIA
PERIODE PELAPORAN : 5 – 7 November
NOMOR SITREP : 01
DIKIRIM OLEH : Caritas Indonesia

 

GAMBARAN SITUASI

Gunung Merapi, adalah salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia dan terletak di salah satu wilayah terpadat di dunia. Berdasarkan hasil monitoring oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Indonesia (BPPTKG), aktivitas vulkanik Gunung Merapi tersebut naik dari level II ke level III (skala I menjadi IV) pada 5 November 2020.

Pada level II, aktivitas warga dalam radius 3 km dari puncak Merapi menjadi terbatas, sementara pada level III, aktivitas warga dibatasi untuk radius 5 km dari puncak Merapi. Pada level III ini, warga yang tinggal dalam radius 5 km dari puncak Merapi mulai mengungsi dan pemerintah telah menyediakan transportasi untuk mengevakuasi warga ke titik-titik  pengungsian.

Mengacu pada pembatasan wilayah akibat peningkatan level II hingga III, BPPTKG  telah mengeluarkan peringatan dan rekomendasi untuk evakuasi warga di daerah yang berpotensi erupsi sejak  5 November 2020. Ada 4 kabupaten yang berpotensi terdampak, yaitu Boyolali (Provinsi Jawa Tengah), Magelang (Provinsi Jawa  Tengah), Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta) dan Klaten (Provinsi Jawa Tengah).

Satu dari empat kabupaten tersebut, yakni Kabupaten Sleman, telah mengeluarkan Surat Keputusan Bupati terkait Status Tanggap Darurat Gunung Merapi mulai 5 – 30 November 2020, sementara tiga kabupaten lainnya per 8 November 2020 sedang dalam proses administrasi penerbitan SK Bupati tentang Tanggap Darurat.

Di Wilayah Kabupaten Boyolali, evakuasi warga dilakukan di 3 desa yaitu Tlogolele, Klakah dan Jrakah yang berada di kecamatan Selo dalam area radius 5 km dari puncak Merapi dengan total jumlah penduduk adalah 9.353 orang, dan 1.005 di antaranya dianggap sebagai orang yang rentan. Jumlah ternak sebesar 2.324 dan truk yang telah tersedia untuk evakuasi sebanyak 546 unit.

Di Kabupaten Magelang, evakuasi warga dilakukan di 3 desa yaitu Ngargomulyo, Krinjing dan Paten di Kecamatan Dukun. Kawasan ini termasuk dalam radius 5-7 km dari puncak Merapi. Total populasi yang telah dievakuasi adalah 635 orang dan 505 di antaranya digolongkan sebagai kelompok rentan.

Di Kabupaten Sleman, warga dari 3 desa yaitu Glagaharjo, Kepuharjo dan Umbulharjo di Kecamatan Cangkringan harus dievakuasi. Kawasan ini berada dalam radius 7 km dari puncak Merapi, mengingat longsoran material dan jalur lava panas pada erupsi tahun 2010 mengarah ke daerah ini. Jumlah kelompok rentan yang telah dievakuasi adalah sebanyak 128 orang.

Di Kabupaten Klaten, warga yang harus dievakuasi berasal dari 3 desa di Kecamatan Kemalang, yakni Desa Tegal Mulyo, Sidorejo dan Balerante kerena termasuk dalam radius 5-7 km dari puncak. Hingga laporan ini diterbitkan pada 7 November 2020, 75 orang rentan telah dievakuasi.

Pada erupsi terakhir Oktober – November 2010, kisaran ancaman mencapai 17 km dengan jumlah korban 346 orang meninggal dan ratusan rumah rusak. Erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 ini berdampak tidak hanya di wilayah yang rawan bencana, tetapi juga di seluruh Kabupaten Sleman, bahkan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada 26 Oktober hingga 5 November 2010, terdapat sekitar 12.000 hingga 25.000 pengungsi dengan 8 hingga 27 titik evakuasi. Pada 5 – 23 November 2010 ketika zona aman diturunkan dari 20 km menjadi 10 km, jumlah pengungsi mencapai puncaknya dengan 150.000 jiwa lebih dan tersebar di 553 titik pengungsian di 17 kecamatan.

Jika terjadi peningkatan status menjadi level IV akibat letusan besar seperti tahun 2010, Caritas Indonesia akan menurunkan staf Divisi ER-DRR ke Yogyakarta untuk memberikan dukungan strategis kepada pimpinan KARINAKAS dalam memimpin tanggap darurat dan memfasilitasi Caritas Keuskupan di Wilayah Jawa untuk terlibat dalam respon tanggap darurat.

 

RESPON CARITAS

Caritas Indonesia telah berkoordinasi dengan Caritas Keuskupan Agung Semarang (KARINAKAS) dan memantau perkembangan dari berbagai sumber. KARINAKAS telah mendukung paroki di sekitar Gunung Merapi untuk terlibat dalam evakuasi warga di daerah bencana.

Hasil dari koordinasi awal telah menyepakati bahwa warga terdampak yang sebagian besar tergolong kelompok rentan seperti ibu hamil, anak-anak, lansia, dan penyandang disabilitas, akan diprioritaskan untuk rencana evakuasi. Diperkirakan jumlah pengungsi akan terus meningkat jika sewaktu-waktu BPPTKG menaikkan status Gunung Merapi menjadi level IV atau jika penetapan status darurat yang diberlakukan oleh pemerintah kabupaten di daerah rawan bencana vulkanik.

Caritas Indonesia sedang merancang rencana tanggap darurat untuk mengantisipasi peningkatan jumlah pengungsi. Rencana ini bertujuan untuk mendukung kerja kemanusiaan yang telah dilakukan KARINAKAS dengan fokus mendukung kebutuhan pangan, papan, bantuan non pangan, air, sanitasi & promosi kesehatan bagi kelompok rentan di lokasi pengungsian yang terintegrasi dengan dukungan layanan kesehatan untuk meminimalisir risiko penularan COVID-19.

 

KOORDINASI

Caritas Indonesia saat ini aktif berkomunikasi dengan Caritas Keuskupan Agung Semarang (KARINAKAS) yang sudah memiliki forum koordinasi lintas paroki di sekitar kawasan Gunung Merapi. Saat ini para relawan KARINAKAS di 11 paroki dalam forum tersebut telah terlibat dalam evakuasi kelompok rentan bersama pemerintah dan organisasi masyarakat sipil. KARINAKAS melalui relawan paroki saat ini sedang melakukan pengkajian cepat terhadap kebutuhan kelompok rentan yang telah dievakuasi.

Caritas Indonesia saat ini sedang membangun komunikasi dengan Jaringan Keuskupan Caritas di Regio Jawa (ada 7 keuskupan) untuk memetakan sumber daya staf dan relawan di Regio Jawa yang mungkin akan dikerahkan jika diperlukan untuk melakukan respon bersama. Caritas Indonesia juga telah membangun komunikasi dengan CIMOs di Indonesia yang berkantor di Yogyakarta, yaitu Caritas Germany dan Cordaid. Pada hari Selasa, 10 November 2020 Caritas Indonesia akan mengadakan virtual meeting dengan CIMOs di Indonesia. Situasi terkini terkait status Gunung Merapi menjadi salah satu materi dalam pertemuan tersebut.

Caritas Indonesia juga berkoordinasi dengan anggota HFI (Humanitarian Forum Indonesia) untuk membahas kemungkinan kerjasama dalam mempersiapkan Kajian Kebutuhan Bersama dan rencana respon bersama. Melalui Sekretariat HFI, Caritas Indonesia terhubung dalam komunikasi dan koordinasi yang cukup rutin dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan badan-badan PBB di Indonesia (UNOCHA dan UNICEF). Sirkulasi informasi dari masing-masing aktor secara rutin dibagikan oleh Sekretariat HFI dan diskusi tentang situasi terkini di daerah yang terkena dampak dilakukan melalui sarana komunikasi yang tersedia untuk semua anggota.

 

MEDIA DAN KOMUNIKASI

Relawan Caritas Keuskupan Agung Semarang (KARINAKAS) menyiapkan tempat distribusi dan bantuan non-pangan bagi kelompok rentann. (Photo: KARINAKAS)

 

KONTRIBUSI

Berdasarkan data dan informasi yang telah dihimpun dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), organisasi anggota HFI dan relawan KARINAKAS di paroki, Caritas Indonesia akan lebih fokus pada kebutuhan kelompok rentan seperti, kasur, selimut, makanan bergizi dan vitamin serta penginapan yang memadai bagi ibu hamil, bayi, dan lansia dengan kondisi yang lebih rentan terjangkit  Virus COVID-19.

 

NARAHUBUNG

Leonardus Depa Dey : (ER-DRR Coordinator)

Email: depadey@karina.or.id

Phone: +62 813-8344-8757

 

Aryo Saptoaji (ER-DRR Communication)

Email: aryo@karina.or.id

Phone: +62 822-1467-3822

 

================================================================================

 

 

No Comments

Post A Comment