Solidaritas Gereja Katolik dalam Respon CoVID-19 (Catatan dari Pertemuan dengan Bapak Ignatius Kardinal Suharyo)

Sejak pandemi CoVID-19 ini masuk ke Indonesia, Caritas Indonesia meresponnya dengan kegiatan kesiapsiagaan dan pencegahan yang melibatkan Jaringan Nasional Caritas Indonesia di 37 keuskupan. Dengan berbekal mandat dari Konferensi Waligerega Indonesia (KWI) untuk menjadi animator, koordinator dan fasilitator bagi pelayanan kemanusiaan Gereja-gereja Katolik di Indonesia, Caritas Indonesia (Yayasan KARINA – KWI) kemudian bekerjasama dengan Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) KWI dan Caritas-PSE di 37 Keuskupan membuat kegiatan respon bersama.

Respon yang diberikan memprioritaskan kebutuhan kaum kecil, lemah, miskin, tersingkirkan dan difabel (KLMTD) yang menjadi kelompok paling terdampak atas pandemi ini. Selain itu, prioritas respon juga diberikan kepada tenaga dan relawan medis yang bergerak di garda terdepan untuk memerangi CoVID-19 ini dengan bantuan APD (alat pelindung diri). Sampai dengan saat ini sudah ada 21 keuskupan yang memanfaatkan dana bantuan darurat Aksi Puasa Pembangunan (APP) untuk menjalankan kegiatan respon CoVID-19 di wilayah keuskupannya masing-masing. Mempertimbangkan dampak jangka panjang dari krisis ini, Caritas Indonesia dan Komisi PSE KWI juga sudah merancang program pemulihan pasca pandemi ini yang fokus pada masalah ekonomi keluarga dan mata pencaharian.

Pada hari Rabu, 8 April 2020, pagi, Sekretaris Eksekutif KWI sekaligus Sekretaris Komisi PSE KWI, Rm. Ewaldus, Pr dan Direktur Eksekutif Caritas Indonesia, Rm. Fredy Rante Taruk, Pr mendapat kesempatan untuk bertemu dengan Bapak Ignatius Kardinal Suharyo dan berbincang tentang respon CoVID-19 yang dilakukan oleh Gereja-gereja Katolik di Indonesia. Romo Fredy menyampaikan bahwa Gereja Katolik sudah bergerak dalam situasi ini. Bahkan dalam rangka respon ini, seluruh kegiatan pengadaan barang bantuan yang disalurkan melalui Caritas Indonesia dan PSE KWI dialokasikan untuk keuskupan-keuskupan supaya mereka dapat menjawab kebutuhan kelompok KLMTD. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir adanya kesimpang-siuran permohonan bantuan. Jalur koordinasi antar organisasi dibuat sejelas mungkin untuk menghindari adanya penumpukan barang atau daerah/rumah sakit yang tidak mendapatkan bantuan sama sekali.

Tim Caritas Larantuka setelah melakukan penyemprotan disinfektan di fasilitas-fasilitas publik (Foto: RD Marianus D. Welan).

 

Semua kegiatan yang dilakukan oleh Caritas Indonesia dan jaringannya ini selalu dilaporkan melalui media center ke publik dan forum-forum di tingkat nasional dan internasional, seperti Humanitarian Forum Indonesia (HFI) dan konfederasi Caritas Internationalis melalui platform komunikasi Baobab. Pertukaran informasi ini diharapkan dapat memudahkan banyak pihak untuk memberikan bantuan dan menjalin kerjasama untuk mengisi gap bantuan kepada orang-orang yang dilayani. Semua itu dilakukan oleh Caritas Indonesia dan Jaringan Nasional Caritas-PSE Keuskupan dengan tetap memperhatikan anjuran dari Pemerintah tentang social distancing, penggunaan masker setiap saat dan kebiasaan mencuci tangan.

Pada pertemuan itu, Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo memberi pesan bahwa “Prinsip utama dalam kerja kemanusiaan adalah kerjasama. Caritas Indonesia sudah mulai bekerjasama dengan baik dan ditunjang dengan struktur yang jelas. Sehingga diharapkan bisa meminimalisir penyalahgunaan bantuan kemanusiaan.” Lebih jauh lagi, beliau mengharapkan Caritas Indonesia untuk selalu memperhatikan agar dana yang terbatas yang dimiliki dapat disalurkan khususnya kepada mereka yang sangat membutuhkan.

Untuk dapat menjalankan amanah tersebut, maka dibutuhkan ‘ketangguhan spiritual’ bagi seluruh penggerak Caritas agar kuat dan tahan dalam situasi sulit ini. Ketangguhan spiritual yang dimaksudkan oleh Bapak Kardinal adalah tetap berusaha memberikan apa yang bisa dibuat untuk membantu sesama, meski bantuan itu sendiri belumlah besar. “Bantuan yang kecil sangat berarti dan tidak boleh melunturkan semangat kita dalam melayani, meskipun bantuan yang diberikan tidak sesuai dengan harapan. Caritas harus tetap melibatkan diri sebisanya/semampunya,” demikian seperti yang beliau sampaikan.

Caritas Keuskupan Banjarmasin memberikan bantuan paket sembako kepada para supir ojek online (Foto: Caritas Banjarmasin).

 

Beliau juga mendorong adanya penggalangan solidaritas di keuskupan. Maka bantuan paket sembako yang bisa diusahakan oleh keuskupan dan paroki itu sendiri harus didorong tanpa harus menunggu bantuan dari Caritas atau PSE. Solidaritas harus digerakkan bahkan antar keuskupan. Untuk keuskupan-keuskupan Regio Jawa khususnya dirasa masih mampu untuk mengusahakan bantuan-bantuan seperti itu, sehingga prioritas bantuan diberikan ke luar Jawa.

Sedangkan bantuan untuk kepentingan medis, diutamakan untuk mengelompokkan bantuan apakah itu untuk pasien atau tenaga medis. Caritas Indonesia disarankan untuk membantu rumah sakit-rumah sakit yang bukan rujukan, tetapi kedatangan pasien CoVID-19 atau mereka yang sangat membutuhkan pertolongan.Peran ini harus dijalankan dengan tetap bertukar informasi dengan lembaga lain untuk dapat mengisi gap dalam merespon kebutuhan masyarakat dan rumah sakit. Barang bantuan yang diterima tidak perlu ditimbun tetapi langsung disalurkan.

Mengantisipasi keadaan pasca pandemi CoVID-19 ini berakhir, Bapak Kardinal menyarankan agar supaya kita semua siap dengan keadaan ekonomi yang turun. Maka Caritas Indonesia dan Komisi PSE KWI perlu mempersiapkan langkah-langkah strategisnya untuk mengantisipasi keadaan itu. Sampai dengan tanggal 14 April 2020, Caritas Indonesia sudah menyalurkan bantuan sebesar Rp 2.080.875.500,- kepada 21 Caritas-PSE Keuskupan di Indonesia. Total biaya respon CoVID-19 yang dilakukan sampai saat ini sebesar Rp 3.155.765.800,- dan kontribusi dari 21 keuskupan untuk respon saat ini sebesar Rp 1.074.890.300,-.

Dengan adanya status Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta dan sekitarnya, KWI menjalankan kebijakan dengan menempatkan satu orang karyawan di setiap Komisi untuk stand by di kantor agar pelayanan tidak terganggu. Sedangkan Caritas Indonesia memberlakukan kebijakan work from home(WFH) bagi staf dan mengatur kelompok kecil staf untuk tetap melayani penerimaan dan pengiriman barang bantuan, khususnya APD, kepada rumah sakit dan keuskupan. Mari kita perangi CoVID-19 dengan menaati anjuran dari pemerintah. Semoga badai ini segera berlalu dan kita semua dapat kembali ke aktivitas yang normal. Salam #belarasa.

Redaksi: Artikel di atas dibuat berdasarkan dari catatan Rm. Fredy Rante Taruk, Pr.

No Comments

Post A Comment