
23 Oct Diocesan Accompaniment Learning Review
KARINA, Jakarta, 11 Oktober 2014
‘Membangun lembaga Caritas Keuskupan dalam tiga dimensi identitas, struktur dan konteks yang kuat sebagai arah pelayanan yang holistik bagi kelompok kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel. Yes, we can!‘
Itulah gambaran kegiatan Diocesan Accompaniment Learning Review yang dilaksanakan oleh Karina dan Caritas Italiana, pada tanggal 7-8 Oktober 2013 di Hotel Menteng 1, Gondangdia Lama, Jakarta Pusat. Kegiatan learning review ini dibagi dalam tiga agenda besar yaitu, berbagi cerita tentang capaian, tantangan dan pembelajaran atas kegiatan Diocesan Accompaniment (DA) yang dilaksanakan di masing-masing Caritas Keuskupan; mereview draft modul DA; dan merencanakan kegiatan lanjutan setelah periode pendampingan DA yang akan berakhir pada bulan Desember 2013 nanti.
Kegiatan learning review ini diikuti oleh wakil dari Caritas Sintang (Rm. Ewaldus, Pr), Caritas Jayapura (Bertje Ngantung), Caritas Amboina (Natalia Fernubun), Caritas Ruteng (Rm. Simon Nama, Pr dan Herinimus Gesing), dan Caritas Tanjung Selor (Heribertus Rusmiyati). Lalu hadir sebagai pengamat adalah Yohanes Sriyono (Pansos Palembang) dan F.X. Esensiator (Caritas Keuskupan Sibolga). Sementara dari Karina yang hadir adalah Rm. Adrianus Suyadi, SJ, Ismawanti Arif, Mia Mochtar, Skundita Pratikno, Donatus Akur, Aribowo Nugroho, Fredericus Sundoko, Monika Trisna dan Yohanes Baskoro. Stefania Cattaneo dan Matteo Amigoni dari Caritas Italiana juga terlibat langsung dalam kegiatan tersebut.
Sejak tahun 2010 hingga sekarang ini, Karina telah mendampingi enam Caritas Keuskupan untuk menjadi sebuah lembaga yang mandiri dan berkelanjutan. Kegiatan pendampingan ini dimaksudkan agar Caritas Keuskupan mampu melaksanakan karya pelayanan untuk masyarakat secara profesional namun tetap mengedepankan nilai-nilai Caritas. Serta mampu menghadapi tantangan kehidupan yang semakin sulit. Pengalaman pendampingan selama tiga tahun ini lalu dibawa ke Learning Review sebagai bahan refleksi, pembelajaran dan perbaikan ke depan. Hal ini juga dilakukan untuk melihat peluang replikasi metode pendampingan yang sama ke Caritas Keuskupan yang lain.
Dalam proses pertemuan selama dua hari ini, selain membagikan pengalaman di wilayah masing-masing, para peserta juga diajak untuk membedah draft modul DA dan memberi masukan untuk perbaikan. Draft modul ini nantinya akan diperbanyak sehingga bisa menjadi referensi bagi Caritas Keuskupan dalam membangun lembaga dan melaksanakan karya pelayanan sosial dengan identitas/nilai yang jelas, struktur organisasi yang kuat dan konteks yang sesuai dengan wilayahnya masing-masing. Dalam sesi awal disebutkan bahwa profiling adalah dasar dari kegiatan DA ini dan dokumen profiling bisa menjadi referensi pihak lain yang akan melakukan kegiatan di wilayah dampingan Caritas Keuskupan.
Selain itu, para peserta juga diajak untuk melihat proses DA kedepan, khususnya pasca berakhirnya proses pendampingan dari Karina KWI. Dari hasil diskusi ini, banyak rencana dan harapan yang akan diwujudkan setelah proses pendampingan ini selesai. Misalnya, Caritas Ruteng akan mengembangkan spirit dasar tiga dimensi ini sampai ke tingkat paroki. Lalu, Caritas Tanjung Selor akan bekerjasama dengan program-program lintas komisi di keuskupan untuk meneruskan rencana aksi dan agenda ke depan. Sementara, Caritas Sintang dan Caritas Amboina akan lebih memperkuat jaringan dan memanfaatkan potensi lokal yang ada untuk mewujudkan kegiatan-kegiatan selanjutnya.
Caritas Jayapura akan terus berproses dengan masyarakat walaupun hanya dimulai dari kegiatan-kegiatan kecil. Perlu diketahui bahwa sejak Caritas Jayapura memberikan pendampingan di Kampung Kibay, mereka mulai aktif melobi ke pemerintah daerah. Hasilnya, sekarang sudah ada perbaikan jalan menuju Kampung Kibay, serta adanya pelayanan kesehatan yang teratur dari Puskesmas Pier 4. Di sisi lain, kehadiran wakil dari Pansos Palembang dan Caritas Keuskupan Sibolga memberi cukup banyak masukan dan pembelajaran atas dinamika organisasi dalam lingkup karya Caritas di tingkat keuskupan. Jadi, hasil diskusi kegiatan learning review ini menjadi lebih kaya dengan adanya sharing pengalaman dari Caritas-caritas keuskupan yang sudah mapan dalam berorganisasi. (*YB)
No Comments